KETUA Badan Anggaran (Banggar) DPR Said Abdullah meminta semua elemen bangsa bersatu menghadapi dampak dari rupiah yang loyo atau melemah. Apalagi, hampir dipastikan The Fed, Bank Sentral Amerika Serikat masih akan memberlakukan suku bunga tinggi yang tentunya memberi tekanan terhadap rupiah.
“Segenap kekuatan bangsa harus bersama-sama mengikatkan tali gotong royong. Di lain pihak, pemerintah harus mampu meningkatkan kepercayaan rakyat, ucapan dan tindakan pemerintah dan pemimpin nasional harus bisa menjadi keteladanan dalam rangka membangun kepercayaan rakyat,” ujar dia kepada wartawan, Selasa (18/6/2024).
Menurut Said, situasi yang tidak mudah harus dijadikan momentum memperkuat ikatan nasional untuk bergotong royong menjaga kepentingan bangsa. Dia mengimbau masyarakat, khususnya para elite politik, untuk mengesampingkan kepentingan sesaat dan kelompok masing-masing.
Baca Juga:Ibu Kandung Pegi Setiawan Tolak Jalani Pemeriksaan Psikologi, Ini Alasan Kuasa HukumSurvey ARFI Institut Ungkap Hasil Elektabilitas Calon Wali Kota Cirebon: Eti Herawati di Urutan Ketiga
“Situasi kita tidak mudah, dan harus menjadikan keadaan itu sebagai national bonding. Kesampingkan terlebih dahulu kepentingan kepentingan sesaat, di antara para elite. Sebab jika keadaan ekonomi ini semakin memburuk, lagi-lagi yang akan menerima risiko paling awal adalah rakyat kita sendiri,” tutur dia.
“Saya benar-benar mengharapkan pemangku kebijakan untuk tidak membuat komunikasi publik, bahwa kita sedang baik-baik saja. Sampaikan keadaan seobyektif mungkin, agar rakyat sejak dini bisa bersiap menghadapi segala kemungkinan dan bersatu padu,” tambah Said.
Said menyarankan sejumlah langkah kepada pemangku kebijakan fiskal dan moneter untuk memperkuat kebijakan struktural perekonomian nasional. Pertama, memastikan tata kelola devisa, terutama hasil ekspor sumber daya alam berjalan optimal untuk memperkuat cadangan. Menurut dia, perlu ada kebijakan insentif dan sanksi yang sepadan untuk menopang tata kelola devisa nasional.
“Kedua, terus melakukan reformasi pada sektor keuangan agar lebih inklusif, dan mendorong aliran modal asing semakin tumbuh. Sebab aliran masuk investasi portofolio kembali positif pada triwulan II 2024 (sampai dengan 30 Mei 2024) secara neto tercatat sebesar US$ 3,3 miliar. Artinya peluang ini perlu terus dijaga oleh pemerintah dan BI,” jelas dia.
Ketiga, memperketat kebijakan impor, terutama pada sektor-sektor yang makin menggerus devisa dan memukul sektor industri dan tenaga kerja. Importasi hendaknya difokuskan sebagai kebijakan jangka pendek untuk menambal defisit pangan dan energi yang terus berlanjut.