“…Mereka (kaum Anshar) mengutamakan kepentingan orang lain (kaum Muhajirin) atas diri mereka, meski mereka sendiri masih memerlukannya…” (QS Al-Hasyr: 9).
Ayat ini menunjukkan keberhasilan Rasulullah Shalallaahu Alaihi Wassalaam dalam menanamkan karekater kuat dan memupuk sikap solidaritas kemanusiaan di kalangan para sahabat. Atas alasan ini, mereka rela mengorbankan apapun yang dimilikinya demi kepentingan yang lebih besar. Untuk itu, hari raya Idul Adha seharusnya dijadikan momentum untuk penguatan karakter keimanan, memupuk rasa solidaritas yang mampu mewujudkan kesejahteraan sosial yang berkeadilan.
Dalam satu studi tentang “Spending Money on Others”, dalam ulasan Blanding, M (2023) Why giving to others makes us happy. Working Knowledge, Harvard Business School menyatakan bahwa para peneliti meminta partisipan untuk sekadar mengingat kembali saat mereka dermawan kepada orang lain dan membandingkan perasaan mereka saat mereka memberi kepada orang lain dan saat mengingat mereka menghabiskan uang untuk diri sendiri.
Baca Juga:Ibu Kandung Pegi Setiawan Tolak Jalani Pemeriksaan Psikologi, Ini Alasan Kuasa HukumSurvey ARFI Institut Ungkap Hasil Elektabilitas Calon Wali Kota Cirebon: Eti Herawati di Urutan Ketiga
Para peneliti tersebut menemukan bahwa orang tidak mengekspresikan kebahagiaan saat mengingat menghabiskan uang untuk diri sendiri sebanyak dan sebaik saat mereka mengingat tindakan memberi kepada orang lain.
Hasil riset Elizabeth Dunn, pakar psikologi sosial dari University of British Columbia, Vancouver, Kanada, menyimpulkan bahwa semakin besar uang atau harta yang dibelanjakan untuk menolong sesama atau kepentingan orang lain terbukti menambah kebahagiaannya sebagaimana dimuat dalam Jurnal SCIENCE (2008) dengan judul tulisan yang mengejutkan: “Spending Money on Others Promotes Happiness” (Membelanjakan Uang untuk Orang Lain Meningkatkan Kebahagiaan).
Temuan ilmiah tersebut menunjukkan, bahwa yang terpenting bukanlah jumlah uang yang kita miliki, tetapi bagaimana kita membelanjakannya. Orang yang menyedekahkan uang atau hartanya untuk membantu mereka yang membutuhkan ternyata lebih bahagia daripada mereka yang menghamburkan uang untuk kepuasan diri sendiri. Logika terbalik yang jamak terjadi justru mengumpulkan harta sebanyak-banyaknya untuk kepentingan pribadi demi mengejar kebahagiaan semu.
Momentum Idul Adha yang menekankan prinsip solidaritas dan soliditas publik jika benar-benar dijadikan landasan untuk membangun negeri dapat dimulai saat ini. Seberat apapun problem yang dihadapi oleh negara ini, dengan modal semangat pengorbanan dan solidaritas kemanusiaan, niscaya berbagai masalah akan teratasi. Sebab, rakyat dan para pemimpinnya merasa “berat sama dipikul dan ringan sama dijinjing”. Langkah ini juga akan mengikis sikap mementingkan diri sendiri dan mencintai harta (hubbud dunya) secara berlebihan.