Alkisah, Ki Juru Martani menasihati Panembahan Senopati agar tidak sombong setelah keinginannya untuk menjadi raja telah tercapai. Sang penasihat pun mengajaknya untuk pergi bertapa, di mana ia akan pergi ke Gunung Merapi, sementara Senopati ke Laut Selatan.
Saat tiba di Kali Opak, Panembahan Senopati lantas menghanyutkan dirinya dan kemudian ditolong oleh sebuah ikan bernama Kiai Tunggul Wulung. Akhirnya, ikan tersebut mengantarkannya hingga ke Laut Selatan.
Selepas tiba di sana, Panembahan Senopati bertapa dan memohon petunjuk kepada Tuhan. Akibat tindakannya, seluruh Laut Selatan tiba-tiba bergelombang tinggi sehingga menimbulkan bencana bagi seluruh makhluk di laut.
Baca Juga:Ibu Kandung Pegi Setiawan Tolak Jalani Pemeriksaan Psikologi, Ini Alasan Kuasa HukumSurvey ARFI Institut Ungkap Hasil Elektabilitas Calon Wali Kota Cirebon: Eti Herawati di Urutan Ketiga
Istana di bawah laut yang dipimpin oleh Nyi Roro Kidul pun gaduh. Hal ini membuat Nyi Roro Kidul pergi ke permukaan air dan melihat Senopati yang sedang bersemedi. Melihat kecantikan sang penguasa Laut Selatan, Panembahan Senopati terpikat dan lantas tinggal di bawah air selama tiga hari.
Merasa terlalu lama di istana bawah laut, Panembahan Senopati meminta diri untuk kembali ke Mataram. Ia merasa kaget karena melihat sosok Sunan Kalijaga yang sudah ada di pesisir Pantai Parangtritis. Panembahan Senopati pun meminta maaf kepadanya.
Makna Kisah Nyi Roro Kidul dan Panembahan SenopatiPerlu dipahami bahwa pernikahan antara Nyi Roro Kidul dengan Panembahan Senopati sebaiknya dimaknai secara simbolis, yaitu persatuan antara daratan dengan lautan dalam kekuasaan Mataram Islam.
Masih dari sumber yang sama, pertemuan kedua sosok di atas dapat menjadi suatu bentuk legitimasi kekuasaan Mataram Islam yang baru berdiri sehingga orang-orang akan tunduk di bawah otoritas sang raja.
Kemunculan mitos Nyi Roro Kidul juga disebutkan sebagai bagian dari strategi Ki Juru Martani untuk membangun rasa hormat masyarakat. Sebagai adipati, sang penasihat merasa bahwa Panembahan Senopati tidak akan mendapatkan pengakuan yang layak sebagai raja, kendati sebagai salah satu trah Brawijaya V.
Munculnya legenda Nyi Roro Kidul juga dianggap sebagai bagian dari upaya Ki Juru Martani untuk memperoleh penghormatan dari masyarakat. Sebagai penasihat utama, ia meyakini bahwa Panembahan Senopati tidak akan mendapat pengakuan yang sepenuhnya pantas sebagai raja, meskipun berasal dari trah Brawijaya V.