Seperti inilah kondisi dunia politik kita akhir-akhir ini. Demi kepentingan para Megalomania, maka mindset masyarakat mereka ubah, dari realistis menjadi tidak realistis. Itu makanya hoaks lebih disukai daripada berita yang benar, kadang berita yang benarpun mereka anggap hoaks, begitulah kemampuan para Megalomania meyakini masyarakat.
Bayangkan kalau pikiran masyarakat terus diracuni oleh para Megalomania dalam waktu yang panjang, maka pikiran masyarakat menjadi absurd, dan bahkan bisa ikut-ikutan menjadi delusional.
Bagi orang-orang secara Ekonomi berkekecukupan, overestimasi angan-angan tidaklah terlalu berpengaruh terhadap kesinambungan hidupnya, tapi kalau masyarakat menengah kebawah terobsesi dan overestimasi angan-angan hidup penuh delusi, akan sangat berpengaruh, bahkan malah merusak pikiran mereka.
Baca Juga:Survey ARFI Institut Ungkap Hasil Elektabilitas Calon Wali Kota Cirebon: Eti Herawati di Urutan KetigaPersidangan Taipan Media Hong Kong Atas Tuduhan ‘Konspirasi Publikasi Hasutan’ Makan Waktu Lama
Jadi tidak heran kalau para Megalomania dalam berpolitik sangat dekat dengan tekhnik propaganda Rusia Firehose of Falsehood, karena semburan kebencian yang mereka gunakan di era Post Truth politik, sangatlah nyambung dengan kepentingan mereka.
Daya rusak FoF terhadap pikiran masyarakat sangatlah dahsyat, semburan kebohongan sangat mereka butuhkan untuk menanamkan dalam pikiran masyarakat, bahwa fakta tidak lagi dibutuhkan.
Post truth mereka anggap sebagai era baru yang tidak membutuhkan fakta, yang penting bagaimana meyakini ketidakbenaran menjadi sesuatu yang benar.
Begitulah cara-cara para Megalomania mengubah mindset masyarakat. Tidak aneh kalau pada akhirnya penyebaran berita bohong (Hoaks), begitu masif dan terstruktur, karena memang bagian dari memutarbalikkan fakta. Lihatlah efek dan hasilnya, begitu susah meyakini masyarakat tentang sebuah kebenaran.
Penulis: Bondhan W