Dilansir dari Medical News Today, delusion of grandeur atau megalomania adalah salah satu jenis delusi yang dimiliki oleh seseorang yang bisa menjadi gejala dari beberapa penyakit gangguan mental lainnya.
Seseorang dengan gangguan megalomania akan merasa bahwa dirinya lebih hebat dan lebih berkuasa daripada orang lain.
Meskipun terdapat beberapa fakta dan pandangan orang lain yang menunjukkan bahwa penderita megalomania bukan orang yang hebat, namun kedua hal tersebut cenderung diabaikan.
Baca Juga:Survey ARFI Institut Ungkap Hasil Elektabilitas Calon Wali Kota Cirebon: Eti Herawati di Urutan KetigaPersidangan Taipan Media Hong Kong Atas Tuduhan ‘Konspirasi Publikasi Hasutan’ Makan Waktu Lama
Dilansir dari Healthline, gejala megalomania sedikit sulit untuk dikenali, kecuali jika mengidap jenis gangguan mental yang lainnya. Orang-orang yang mengalami gangguan megalomania biasanya juga tidak terlalu peduli dengan keadaan sekitarnya sehingga terkesan seperti menarik diri dari kehidupan sosial.
Dilansir dari WebMD, penyebab megalomania tidak diketahui secara pasti. Namun, megalomania biasanya tidak muncul sendiri karena dibarengi dengan delusi penganiayaan yang membuat penderita merasa bahwa orang lain akan membahayakan dirinya.
Sementara, Megalomania berdasarkan KBBI adalah: kelainan jiwa yang ditandai oleh khayalan tentang kekuasaan dan kebesaran diri. Selain itu ada juga penjelasan lain tentang Megalomania
Megalomania adalah kondisi psikologis terkait munculnya obsesi atau khayalan seseorang dalam salah satu aspek pribadi, seperti kecerdasan, kekuatan fisik, keberuntungan, asal usul sosial, dan proyek besar yang tidak realistis.
Megalomania bisa disebut kelainan delusional jika khayalan atau klaim berlebih diungkapkan karena pikiran mereka terdistorsi dan sama sekali tidak realistis.
Post Truth
Kamus Oxford mendefinisikan istilah post-truth sebagai kondisi di mana fakta tidak terlalu berpengaruh dalam membentuk opini publik dibanding emosi dan keyakinan personal.
Seorang Megalomania sangat terobsesi kepada kebesaran dan kekuasaan, selalu berhalusinasi untuk mengimajinasikan sebuah kekuasaan, saat itulah dia merasa besar dan berkuasa, baginya hal seperti itu sangatlah menyenangkan.
Baca Juga:Direktur Al Jazeera Salah Negm: Kerugian yang Kami Alami karena Penghentian Siaran Dibawa ke Jalur HukumBenda Bercahaya Kehijauan Melintasi Langit Yogyakarta, Pertanda Apa?
Dia tidak butuh fakta dalam mengungkapkan berbagai argumentasinya, karena baginya kebohonganpun adalah sesuatu yang sah demi untuk membesarkan dirinya dan meniadakan keberadaan orang lain.
Kenapa saya bilang manusia Megalomania menemukan dunianya di era post truth politik, karena post truth menihilkan fakta untuk membentuk opini publik, sementara seorang Megalomania lebih cenderung tidak menyukai fakta dalam membentuk opini publik, baginya yang penting publik tersugesti oleh opininya.