Ralli menilai Snouck Hurgronje ingin mengoreksi sejumlah cacat metodologi yang digunakan orientalis Eropa dalam memahami dunia Islam. Pengetahuan mereka sepenuhnya berdasarkan buku-buku yang sudah ada alih-alih pengamatan langsung ke pusat spiritual dunia Islam. Van den Doel mencatat totalitas Snouck Hurgronje dengan informasi bahwa pada 5 Januari 1885 ia disunat oleh pemangkas rambut bernama Sayyid Mohammed. Namun, Van den Doel dan Ralli meyakini Snouck Hurgronje tidak pernah menjadi muslim sungguhan.
P.S. van Koningsveld, pakar studi Arab lulusan Vrije Universiteit meyakini Snouck Hurgronje berpura-pura menjadi muslim dengan nama Abdul Gaffar. Keislaman itu semata-mata untuk mencari strategi memenangkan Belanda dalam Perang Aceh dan mempertahankan koloni Hindia Belanda.
Koningsveld bahkan menyorot dua kali perkawinan Snouck Hurgronje dengan perempuan Sunda muslim berdarah bangsawan sebagai cara menggali informasi untuk kepentingan kolonialisme. Karya Koningsveld berjudul Snouck Hurgronje en Islam; Acht artkelen over leven en werk van een orientalist uit het koloniale tijdperk (diterjemahkan berjudul Snouck Hurgronje dan Islam; Delapan Karangan tentang Hidup dan Karya Seorang Orientalis Zaman Kolonial) jelas menyebut, “Tentang metode ‘berpura-pura Islam’ yang digunakan Snouck di Makkah jelas dilakukan secara sempurna di Hindia”.
Baca Juga:Survey ARFI Institut Ungkap Hasil Elektabilitas Calon Wali Kota Cirebon: Eti Herawati di Urutan KetigaPersidangan Taipan Media Hong Kong Atas Tuduhan ‘Konspirasi Publikasi Hasutan’ Makan Waktu Lama
Snouck Hurgronje memang tercatat pernah terikat hubungan dengan perempuan sebanyak empat kali, tiga di antara itu dengan muslimah. Van den Doel menyebut hubungan pertama dalam ikatan perbudakan dengan perempuan asal Etiopia selama Snouck Hurgronje tinggal di Makkah. Budak perempuan ini nyaris melahirkan anak Snouck Hurgronje tapi tercatat kehamilan itu tidak berlanjut. Tiga hubungan lainnya disepakati oleh Koningsveld dan Van den Doel dalam karya mereka masing-masing.
Hubungan kedua adalah perkawinan pertama Snouck Hurgronje dengan Sangkana, perempuan asal Ciamis, anak dari penghulu kepala setempat bernama Raden Haji Moehammad Ta’ib. Perkawinan dilakukan pada Desember 1889 saat Snouck Hurgronje berusia 32 tahun dan istrinya diperkirakan berusia 17 tahun. Perkawinan dilakukan secara Islam. Mereka hidup bersama sejak 1890 sampai Sangkana wafat akibat keguguran anak kelima mereka. Sebelumnya telah lahir Salmah Emah (1891), Oemar (1892), Aminah (1893), dan Ibrahim (1894).