UPAYA Indonesia untuk menjadi anggota Organization for Economic Co-operation and Development (OECD) akan dihadapkan pada banyak tantangan, salah satunya adalah jalinan hubungan diplomatik dengan Israel
Hal itu disampaikan oleh Analis Intelijen Josef Wenas dalam sebuah video di kanal Youtubenya berjudul “OECD dan Hubungan Diplomatik Indonesia-Israel” pada Minggu (26/5).
Menurut Josef, keanggotaan Indonesia di OECD mutlak perlu jika negara ini ingin menjadi ekonomi peringkat kelima di dunia kelak.
Baca Juga:Persidangan Taipan Media Hong Kong Atas Tuduhan ‘Konspirasi Publikasi Hasutan’ Makan Waktu LamaDirektur Al Jazeera Salah Negm: Kerugian yang Kami Alami karena Penghentian Siaran Dibawa ke Jalur Hukum
“OECD mewakili 80 persen perdagangan dunia. Bagian dari peta jalan Indonesia untuk menjadi negara maju, mewujudkan visi Indonesia emas 2045,” kata dia.
Kendati demikian, menurut Josef, Indonesia harus menghadapi tantangan karena roadmap keanggotaan OECD mengharuskan calon anggotanya memiliki kesamaan nilai, visi dan prioritas.
“Negara kandidat diminta menunjukkan kesamaan pemikiran bersama. Israel merupakan salah satu anggota OECD, karena itu Indonesia harus memiliki pemikiran yang sama, ” ujarnya.
Dijelaskan Josef, selain harus mendapat ratifikasi dari Israel, Indonesia nantinya juga harus mendirikan kantor diplomatik, terlepas dari hubungan bilateral mereka yang tidak baik.
“Modalitas atau tatacara di OECD, pemerintah Israel dan Indonesia nantinya wajib membentuk perwakilan permanen yang dipimpin oleh duta besar,” paparnya.
Dalam hal ini, berarti Indonesia mau tidak mau harus menjalin hubungan dengan Israel karena semua anggota OECD memiliki hubungan diplomatik dengan Tel Aviv.
“Jika Indonesia terus berusaha masuk OECD maka dalam waktu tiga tahun, Indonesia harus memiliki hubungan diplomatik dengan Israel,” tandasnya. (*)