Keenam, keturunan Orang Indonesia di Kaledonia Baru mempunyai hubungan yang erat dengan keluarga besar mereka di tanah Jawa.
“Mereka masih sering berkunjung ke Jawa, bahkan dari kunjungan tersebut tidak jarang mereka mengajak lagi keluarga dari Jawa untuk bekerja di Kaledonia Baru atau bahkan menemukan jodoh dari Jawa” pungkasnya.
Ema Noviana lebih lanjut menyatakan bahwa budaya mudik tetap mereka pertahankan meski tidak selalu bertepatan dengan saat Lebaran karena mayoritas tidak beragama Islam. Biasanya mereka mudik mengunjungi keluarga besarnya di jawa 2-3 tahun sekali.
Baca Juga:Persidangan Taipan Media Hong Kong Atas Tuduhan ‘Konspirasi Publikasi Hasutan’ Makan Waktu LamaDirektur Al Jazeera Salah Negm: Kerugian yang Kami Alami karena Penghentian Siaran Dibawa ke Jalur Hukum
Kini, setiap tanggal 16 Februari dirayakan sebagai hari kedatangan orang Jawa di Kaledonia Baru yang diramaikan dengan acara “Jamuan Sesepuh” sebagai penghargaan dari generasi muda kepada generasi pendahulunya.
Saat itu, 16 Februari 1896, Prancis meminta pemerintah kolonial Belanda untuk mendatangkan pekerja kontrak dari Pulau Jawa untuk bekerja sebagai buruh perkebunan, peternakan dan pertambangan nikel di wilayah Prancis di Pasifik, tepatnya di sebelah timur Benua Australia.
Keberadaan orang-orang Jawa di Kaledonia Baru dianggap sebagai aset penting bagi Indonesia. Hal itu tak lepas dari posisi mereka yang dapat menjadi medium penyebaran bahasa serta budaya Indonesia. Mereka dapat menjadi perekat diplomatik antara Indonesia dan Kaledonia Baru.
Penggunaan bahasa Indonesia di wilayah tersebut sudah mulai berkembang sejak gelombang pertama kedatangan pekerja asal Jawa. KJRI juga menyelenggarakan kursus bahasa Indonesia dengan menggunakan bahasa Prancis sebagai pengantar. Kursus bahasa Indonesia ternyata banyak diminati orang Kanak (penduduk bumiputera), warga keturunan Prancis hingga Vietnam. Selain untuk kebutuhan komunikasi, bahasa Indonesia juga dipelajari sebagai kebutuhan saat berlibur ke Indonesia.
Keturunan Jawa atau Indonesia di sana juga membentuk komunitas bernama Persatuan Masyarakat Indonesia dan Keturunannya (PMIK). Tujuannya untuk melestarikan dan mempromosikan budaya Indonesia bersama KJRI setempat.
Salah seorang yang kerap mempromosikan budaya Indonesia di Kaledonia Baru adalah Roesmaeni Sanmohammad yang menjadi anggota parlemen di sana. Ia aktif melestarikan seni tari Jawa kreasi baru dan pernah belajar tari Jawa di Padepokan Bagong Kusudihardjo, Yogyakarta. Bekal tersebut ia gunakan untuk mempromosikan Indonesia.