“BJKB (terus) mengalami transformasi dan dewasa ini masih dipakai untuk komunikasi meski dalam lingkup terbatas. BJKB memiliki ciri khas yang membedakannya dengan bahasa Jawa standar: Hibridisasi bahasa Jawa-Prancis,” ungkap Subiyantoro dalam webinar berjudul ‘Bahasa Jawa Kaledonia Baru: Kajian Hibriditas Bahasa’ yang diselenggarakan FIB UGM.
Berdasarkan hasil penelitiannya, Subiyantoro mengungkapkan bahwa bahasa lisan orang Jawa disana telah berubah seperti ucapan kata berikut: ketika mengatakan kalimat “ini adalah ikan yang dilindungi”, dimana dalam bahasa Jawa-nya adalah “iki iwak sing dilindungi”, dalam BJKB kalimat tersebut berubah dan berbunyi menjadi “iki posong sing diproteze”.
Selain itu, juga ada perubahan pada penyebutan seperti penyebutan frasa nama benda seperti lemper menjadi lumper dan lain-lain. Lalu, ditemukan juga hibridasi dalam penggunaan kata “slametan”. Untuk tradisi “slametan” tersebut, kata “slametan” masih digunakan untuk acara duka, namun untuk acara bahagia, orang Jawa disana tidak menggunakan kata “slametan” lagi, tetapi menggunakan kata ”lafetan”.
Baca Juga:Persidangan Taipan Media Hong Kong Atas Tuduhan ‘Konspirasi Publikasi Hasutan’ Makan Waktu LamaDirektur Al Jazeera Salah Negm: Kerugian yang Kami Alami karena Penghentian Siaran Dibawa ke Jalur Hukum
Kaledonia Baru menjadi rumah bagi sekitar 4.000 warga keturunan Indonesia, khususnya suku Jawa. Hal tersebut disampaikan Ema Noviana Trisnaningsih, Konsul Sosbud KJRI Noumea dalam wawancara Program Ranah Diplomasi di RRI Voice Of Indonesia, Selasa 14 Mei 2024.
“Berdasarkan sensus tahun 2021, keturunan Indonesia di Kaledonia Baru mencapai lebih dari 4000 orang yang merupakan 1,4 persen dari total penduduk Kaledonia Baru,” Kata Konsul Ema Noviana.
Dikutip dari wawancara berdurasi 20 menit tersebut, terdapat sekurangnya enam fakta unik masyarakat keturunan Indonesia di Kaledonia Baru. Pertama, suku Jawa atau keturunan Indonesia yang tinggal saat ini merupakan generasi kedua yang telah berasimilasi dengan bangsa lain.
“Orang Jawa pertama Kali datang ke Kaledonia Baru tahun 1896 sehingga pada saat ini sudah tidak ada lagi generasi pertama. Generasi berikutnya sebagian menikah dengan orang Jawa lagi tetapi banyak juga yang menikah dengan bangsa lain,” imbuh Konsul Ema Noviana.
Konsul Ema Noviana lebih lanjut menjelaskan bahwa 4.000-an masyarakat Jawa di Kaledonia Baru saat ini tidak sepenuhnya berdarah Jawa. Selain orang Jawa keturunan yang disebut Niaouli, banyak terdapat juga Orang Indonesia luar Jawa yang datang pada masa-masa setelah kemerdekaan Indonesia. Pada umumnya mereka lahir di Indonesia dan sebagian besar masih menjadi WNI.