Dia ingat foto Titus dipajang di Washington DC di Newseum, sebuah museum yang didedikasikan untuk berita dan jurnalisme, yang harus ditutup karena dana yang tidak mencukupi. Di museum, ada dinding peringatan yang memberi penghormatan kepada para jurnalis yang memberikan hidup mereka untuk melaporkan kebenaran.
Carmelite William Harry, yang telah menjabat sebagai Prior dari Provinsi Hati Maria yang Paling Murni, dan telah menjadi direktur komunikasi untuk LSM Carmelite, merefleksikan “Titus Brandsma sebagai jurnalis dan ilmuwan pers yang mandiri.” Bagi Titus “peran jurnalis adalah tentang pengungkapan kebenaran dan cinta.”
Meskipun pada awalnya dia bukan ahli dalam komunikasi massa, kecerdasan dan karakternya memungkinkan dia untuk dengan cepat menebus waktu.
Baca Juga:Persidangan Taipan Media Hong Kong Atas Tuduhan ‘Konspirasi Publikasi Hasutan’ Makan Waktu LamaDirektur Al Jazeera Salah Negm: Kerugian yang Kami Alami karena Penghentian Siaran Dibawa ke Jalur Hukum
Apakah kita sungguh butuh figur Santo Titus Brandsma untuk menolak RUU Penyiaran?
Menteri Komunikasi dan Informatika Budi Arie Setiadi mempertanyakan larangan penayangan eksklusif jurnalistik investigasi, sebagaimana termuat dalam draf Revisi Undang-Undang (RUU) Nomor 32 Tahun 2022 Tentang Penyiaran.
“Jurnalistik harus investigasi, masa dilarang? Jurnalistik harus terus berkembang karena tuntutan masyarakat juga berkembang,” ujarnya di Jakarta, Selasa (14/5).
Bahkan, Ketua Umum PKB Muhaimin Iskandar pun turut angkat bicara mengenai draf RUU tersebut. Sosok yang akrab disapa Cak Imin itu tak ingin jurnalisme investigasi hilang dari aktivitas pers di Indonesia.
“Mosok jurnalisme hanya boleh mengutip omongan jubir atau copy paste press release?” tegas Cak Imin dalam akun media X pribadinya, Kamis malam (16/5).
Mantan Menteri Ketenagakerjaan itu memandang bahwa investigasi menjadi ruh dalam jurnalisme saat ini.
“Kalau breaking news, live report bahkan berita viral bisa diambil alih oleh media sosial, maka investigasi adalah nyawa dari jurnalisme hari ini,” tegasnya lagi.
Baca Juga:Benda Bercahaya Kehijauan Melintasi Langit Yogyakarta, Pertanda Apa?Indra Pratama Ungkap CCTV Tidak Ada yang Mati, Total 20 Aktif di TKP Bunuh Diri Brigadir RAT
Cukup jelas, baik Budi Arie maupun Cak Imin yang notabene pernah menjadi kuli tinta, jurnalis, atau wartawan mencoba mengingatkan diri kita sendiri tentang sangat diperlukannya kehadiran pers yang bebas dalam sebuah negara demokrasi. Kebebasan pers juga diperlukan oleh pemilu sebagai produk demokrasi.