SEORANG lelaki menyerbu sebuah kantor polisi di Malaysia dan membunuh dua polisi pada Jumat (17/5) pagi. Peristiwa itu sedang diselidiki sebagai serangan teror Jemaah Islamiyah (JI).
Lelaki itu juga melukai seorang polisi lainnya sebelum ia ditembak mati.
Sejumlah materi terkait JI, jaringan teror di Asia Tenggara yang terkait dengan al-Qaeda, ditemukan di rumah pelaku, kata kepala kepolisian nasional Razarudin Husain.
Baca Juga:Persidangan Taipan Media Hong Kong Atas Tuduhan ‘Konspirasi Publikasi Hasutan’ Makan Waktu LamaDirektur Al Jazeera Salah Negm: Kerugian yang Kami Alami karena Penghentian Siaran Dibawa ke Jalur Hukum
Razarudin mengatakan lima anggota keluarga pelaku yang diduga menjadi anggota JI juga ditangkap untuk diperiksa.
Serangan di negara bagian Johor itu tampaknya telah direncanakan dan meskipun motifnya tidak jelas, kemungkinan merupakan upaya untuk merebut senjata api dari kantor tersebut, kata Razarudin.
Dua mahasiswa juga ditahan setelah mereka muncul di kantor polisi tidak lama sebelum serangan, tampaknya untuk menyampaikan pengaduan, kata Razarudin.
Ia mengatakan waktu kedatangan mereka di kantor itu mencurigakan dan kemungkinan merupakan upaya mengalihkan perhatian.
Penyerang kemudian datang dengan bersepeda motor, mengenakan masker dan bersenjatakan parang. Razarudin mengatakan lelaki itu membawa tas berbantalan yang kemudian dia gunakan sebagai tameng.
Kepala polisi itu mengatakan lelaki tersebut kemudian membacok seorang polisi hingga tewas, dan kemudian menggunakan senjata polisi yang tewas untuk membunuh seorang polisi lainnya.
Pelaku kemudian menyerang seorang polisi lainnya sebelum ditembak mati.
Menurut Razarudin, pelaku tidak memiliki catatan kriminal.
Ia mengatakan polisi telah mengidentifikasi 20 tersangka anggota JI lainnya di Johor dan akan melacak mereka untuk diinvestigasi.
Baca Juga:Benda Bercahaya Kehijauan Melintasi Langit Yogyakarta, Pertanda Apa?Indra Pratama Ungkap CCTV Tidak Ada yang Mati, Total 20 Aktif di TKP Bunuh Diri Brigadir RAT
JI, yang ditetapkan sebagai kelompok teror oleh AS, dipersalahkan secara luas atas serangan di Filipina dan Indonesia, termasuk serangan bom Bali pada 2002 yang menewaskan 202 orang, kebanyakan turis asing.