Sementara kalangan mahasiswa dari berbagai kampus yang memang sudah mulai mengonsolidasikan diri secara perlahan-lahan, melalui pembangunan Komite-komite aksi, aksi demonstrasi dan mimbar bebas di kampus-kampus juga mulai berlangsung dengan berbagaiasan macam isu utama, seperti “Turunkan Harga kebutuhan Pokok”, atau “Otonomi kampus dan kebebasan Akademik”.
Di kota Jakarta, saat menyadari perubahan-perubahan situasi ini, beberapa aktivis mahasiswa yang awalnya tak sampai puluhan itu mulai mengumpulkan kontak-kontak dan jaringan dari berbagai kampus yang mampu dijangkau secara intensif. Tentunya upaya ini dilakukan masih dalam suasana kerja-kerja semi terbuka (semi legal), untuk menghindari jangkauan Intelijen dan aparat militer pada waktu itu.
Pertemuan pertama Gerakan Mahasiswa (yang nantinya akan menjadi Organisasi Perlawanan Mahasiswa terbesar di Jakarta, yaitu Forkot), dilangsungkan disebuah kost-kostan di bilangan Lenteng Agung (saya lupa tanggal dan bulannya). Pertemuan ini awalnya hanya dihadiri oleh delegasi 6 kampus, yakni dari IISIP, UID, Universitas Juanda (bogor), IPB, UI dan Trisakti. Pertemuan antar kampus ini kemudian dilanjutkan di kampus Trisakti dan delegasi-delegasi kampus yang datang mengirimkan delegasinya makin bertambah saat itu.
Baca Juga:Persidangan Taipan Media Hong Kong Atas Tuduhan ‘Konspirasi Publikasi Hasutan’ Makan Waktu LamaDirektur Al Jazeera Salah Negm: Kerugian yang Kami Alami karena Penghentian Siaran Dibawa ke Jalur Hukum
Pertemuan selanjutnya dibuat berkeliling di kampus-kampus secara bergantian dan berpindah-pindah, dimana setiap pertemuan terjadi penambahan kampus-kampus baru, hingga forum menyetujui nama Forum antar berbagai Kampus ini adalah Forum Kota (Forkot).
Hampir semua kampus di Jakarta berhasil di jangkau oleh organisasi baru ini. Selain Forkot, saat itu juga terdapat organisasi mahasiswa yg relatif mapan, yang di sebut FKSMJ (Forum Komunikasi Senat Mahasiswa Jakarta). Para aktivis mahasiswa yang bekerja secara tertutup ini, kemudian juga tak luput untuk masuk ke dalam pertemuan-perteman FKSMJ untuk meradikalisir tuntutan Anti Orde Baru di kalangan pimpinan-pimpinan Senat Mahasiswa yang terlibat di sana, sehingga merekapun sepakat dengan tuntutan Anti Orde Baru, dan mau terlibat bergerak untuk bersama-sama turun ke jalan.
Rapat-rapat dan konsolidasi mahasiswa antar kampus yang terus bergulir dan berjalan ini, dibarengi dengan aksi-aksi mimbar-mimbar bebas yang diselenggarakan di berbagai kampus-kampus, serta aksi-aksi turun ke jalan oleh gabungan mahasiswa dan elemen rakyat dari berbagai Kampus di Jakarta, makin membuat atmosfir perlawanan kian memanas dan membesar.