Tujuannya agar selebaran-selebaran dan terbitan-terbitan yang diproduksi oleh gerakan bawah tanah mampu dibaca dan menjangkau massa luas. Selebaran-selebaran ini umumnya berisikan informai mengenai isu-isu yang saat itu menjadi keresahan dan pembicaraan orang banyak, seperti naikan upah buruh, tanah untuk petani penggarap, turunkan harga, kebebasan berorganisasi, otonomi kampus, juga isu politik seputar Cabut 5 UU Politik, Cabut Dwifungsi ABRI (Militerisme) dan seruan Gulingkan Soeharto.
Sepanjang bulan Mei 1997, Orde Baru menyelenggarakan Pemilu untuk melegitimasi kembali kekuasaannya, sementara gerakan Rakyat dan Mahasiswa yang bekerja dalam syarat-syarat yang begitu represif mulai bergerak dan merespon dengan lantang Pemilu 1997 dengan selogan: ‘Boikot Pemilu Orba dan Gulingkan Soeharto!!’.
Mega Bintang Rakyat (MBR), sebagai alat ropaganda dan agitasi gerakan bawah tanah kala itu, mengeluarkan selebaran berkali-kali pada masa-masa kampanye pemilu 1997 ini. Berbagai isu dari tema-tema di atas menjadi tema utama dalam setiap isi penjelasan dan seruan selebaran-selebarannya. Ribuan, bahkan ratusan ribu selebaran MBR diproduksi dan didistribusikan secara masif dalam barisan konvoi-konvoi kampanye massa PPP, PDI, massa rakyat perkotaan dan mahasiswa yang tumpah ke jalan-jalan di Jakarta sepanjang masa kampanye tersebut.
Baca Juga:Persidangan Taipan Media Hong Kong Atas Tuduhan ‘Konspirasi Publikasi Hasutan’ Makan Waktu LamaDirektur Al Jazeera Salah Negm: Kerugian yang Kami Alami karena Penghentian Siaran Dibawa ke Jalur Hukum
Seruan dan sentimen anti Soeharto dan orba ini kemudian disambut rakyat Jakarta di jalan-jalan dengan begitu antusias. Perlawanan rakyat mengambil bentuk pertempuran-pertempuran jalanan antara massa rakyat dan tentara yang dibantu polisi. Bentrokan ini terjadi hampir di semua sudut-sudut kota, dimana titik-titik massa tumpah ke jalan.Situasi umum saat itu hampir seluruh jalanan, hingga gang-gang di sudut-sudut kota Jakarta dan perkampungan dilanda pertempuran jalanan, bahkan meluas sampai ke wilayah Botabek (kota-kota satelit di pinggir Jakarta).
Peristiwa MBR 1997, dikemudian hari merupakan ajang latihan bagi mahasiswa dan rakyat Jakarta, dalam menghadapi pertempuran-pertempuran jalanan berikutnya yang lebih besar dan menentukan dalam rangka membuka ruang demokrasi dan kebebasan politik, juga perjalanan sejarah Indonesia kontemporer selanjutnya.
Masa Menentukan
Memasuki awal tahun 1998, situasi krisis ekonomi, politik dan sosial yang melanda rezim orba yang makin uzur itu iberlangsung lebih mendalam. Antrian orang untuk mendapatkan sembako (Sembilan bahan pokok), seperti beras, minyak, bensin dan kebutuhan pokok sehari-hari, terjadi dimana-dimana. Kalangan kelas menengah Jakarta, yang awalnya relatif bersikap netral, mulai resah dan ikut berteriak-teriak menghadapi realitas ini, Sistem kapitalisme-militeristik yang dibangun rezim orba selama 32 tahun, tiba-tiba mengalami stagnasi, krisis dan kebangkrutan secara luas.