DUTA Besar (Dubes) Palestina untuk Indonesia, Zuhair Al-Shun, memberikan gambaran mengenai kondisi Rafah. Rafah merupakan area selatan Gaza yang berbatasan langsung dengan Mesir.
“Sekarang area perbatasan ini juga di bawah kontrol militer Israel. Mereka menurunkan bendera Palestina di sana, dan sekarang ada bendera Israel. Apa artinya? Ini benar-benar pendudukan,” ujar Zuhair dalam konferensi pers peringatan Nakba ke-76 di gedung Kedubes Negara Palestina untuk Indonesia di Menteng, Jakarta, Jumat (10/5/2024).
Seperti diketahui, militer Zionis Israel melakukan ekspansi serangan di wilayah Gaza sejak beberapa hari terakhir. Wilayah yang kini menjadi target mereka adalah Rafah, di bagian selatan Gaza.
Baca Juga:Direktur Al Jazeera Salah Negm: Kerugian yang Kami Alami karena Penghentian Siaran Dibawa ke Jalur HukumBenda Bercahaya Kehijauan Melintasi Langit Yogyakarta, Pertanda Apa?
Wilayah yang berbatasan langsung dengan Mesir ini merupakan pintu masuk bantuan kemanusiaan internasional bagi rakyat Gaza. Kantor berita Al Jazeera memperkirakan bahwa terdapat sebanyak 80.000 warga Palestina yang hendak keluar dari Rafah untuk mencari suaka.
Namun, dengan merangseknya militer Israel ke wilayah terebut sejak beberapa hari terakhir, para pencari suaka tersebut kesulitan menembus perbatasan. Otoritas Israel pun telah meminta warga Palestina untuk mengevakuasi diri dan meninggalkan Rafah karena pihak Zionis melangsungkan serangan darat ke wilayah tersebut.
Bagi Zuhair, kondisi warga Palestina di Rafah sudah mencapai titik ketidakberdayaan. “Sekarang orang-orang Palestina diminta untuk pergi dari Rafah. Ke mana mereka akan pergi? Tidak ada area yang aman,” katanya.
“Orang-orang di sana hanya bergantung pada bantuan internasional. Sekarang politisi-politisi dunia harus bisa mendorong Israel untuk menyetop apa yang mereka lakukan sekarang, untuk menghentikan pembunuhan,” imbuh Zuhair.
Sebagai catatan, melansir Al-Jazeera, militer Zionis Israel telah membunuh setidaknya 34.904 jiwa rakyat Palestina di Gaza sejak serangan retaliasi mereka yang dimulai pada 7 Oktober 2023 lalu hingga data teranyar 9 Mei 2024 waktu setempat.
Dari angka itu, sebanyak lebih dari 14.500 jiwa merupakan korban anak-anak. Sementara sebanyak 78.514 orang dinyatakan terluka, dan 8.000 belum ditemukan atau hilang.
Sementara jumlah korban kekerasan militer Israel di Tepi Barat adalah sebanyak 498 jiwa. Lebih dari 124 di antaranya adalah korban jiwa anak-anak. Sebanyak 4.950 lainnya dinyatakan terluka.