“Permintaan akan pemuas hasrat seks laki-laki pun digunakan sebagai motivasi mereka melakukannya. Memang ada yang melakukan dengan pelanggan yang sama secara berulang berdasar atas kemampuan pelanggan untuk membayar PSK ini,” imbuhnya.
Heru menilai potensi kekerasan lebih besar dialami PSK online daripada mereka yang mangkal di lokalisasi. Sebab, para wanita BO itu minim perlindungan.
“Pada akhirnya dia harus mempertahankan dirinya dengan keinginan bayaran yang dia mau,” kata Heru.
Baca Juga:Direktur Al Jazeera Salah Negm: Kerugian yang Kami Alami karena Penghentian Siaran Dibawa ke Jalur HukumBenda Bercahaya Kehijauan Melintasi Langit Yogyakarta, Pertanda Apa?
Tidak adanya perlindungan bagi PSK yang menjajakan layanannya secara online itu, Heru berujar, menjadi kesempatan bagi seseorang melakukan kejahatan. Terlebih jika pelanggan merasa dirugikan atas layanan yang diberikan PSK tidak sesuai perjanjian.
Heru menuturkan pelanggan yang merasa dirugikan biasanya meluapkan kekecewaannya dengan melakukan kekerasan terhadap penjaja seks itu. Tak hanya itu, pelanggan juga kerap merampok setelah membunuh korban untuk mengganti kerugian yang dialaminya.
“Pelanggan tentu juga tidak mau rugi, dipicu kekecewaan atas apa yang harus mereka bayarkan. Mau tidak mau mereka melakukan pembunuhan sebagai bentuk kekecewaan emosional bahkan pelampiasan dari ketidaksesuaian apa yang mereka harusnya dapatkan,” kata Heru.
Ia mengungkap sejumlah faktor yang mengakibatkan menggeliatnya prostitusi online di Cirebon. Heru menilai ada beberapa hal yang memicu munculnya PSK online. Pertama, faktor permintaan akibat industrialisasi di suatu daerah. Kedua, faktor perkembangan teknologi.
PSK online, Heru melanjutkan, dapat menjajakan layanannya dengan mudah hanya bermodal ponsel dan koneksi internet. Walhasil, operasional PSK online lebih murah ketimbang menjajakan diri di lokalisasi. Ditambah, PSK online dapat menentukan sendiri tarif layanan yang diberikan meski harus menyesuaikan dengan harga pasaran.
“Demand pun semakin dimudahkan tanpa perlu mereka pergi ke lokalisasi. Bermodal gawainya yang terkoneksi internet, mereka bisa mendapatkan calon pemuas kebutuhan biologis. Sesuai juga dengan apa yang ditawarkan dan berapa tarif yang harus mereka bayarkan,” terangnya.
Faktor lainnya cukup klasik, yakni tuntutan ekonomi. Menurut Heru, keterbatasan keterampilan mendorong orang menjajakan layanan seks baik online maupun offline.
Baca Juga:Indra Pratama Ungkap CCTV Tidak Ada yang Mati, Total 20 Aktif di TKP Bunuh Diri Brigadir RATKasus Bunuh Diri Brigadir RAT, Ditemukan Luka di Kepala dari Pelipis Kanan dan Kiri, Dugaan Masalah Pribadi
Ia menambahkan kasus prostitusi daring atau online tidak akan bisa ditangani dengan baik selama belum ada aturan yang jelas terkait masalah tersebut.