AMERIK Serikat pada Kamis (9/5) memperingatkan bahwa Israel akan memberikan kemenangan strategis kepada Hamas jika mereka melancarkan rencana serangan besar-besaran terhadap Rafah, benteng terakhir militan itu di Gaza.
Peringatan tersebut didukung oleh ancaman baru dari Presiden Joe Biden. Dia mengatakan akan menghentikan lebih banyak bantuan militer jika Israel melanjutkan operasi di kota tempat lebih dari 1 juta warga sipil berlindung itu.
Biden pekan lalu menunda pengiriman bom berukuran besar ke Israel karena kekhawatiran bahwa senjata tersebut merupakan jenis senjata yang telah menyebabkan banyak korban sipil di Gaza dan hampir pasti akan menimbulkan lebih banyak kerusakan jika Israel melakukan serangan besar-besaran di Rafah.
Baca Juga:Persidangan Taipan Media Hong Kong Atas Tuduhan ‘Konspirasi Publikasi Hasutan’ Makan Waktu LamaDirektur Al Jazeera Salah Negm: Kerugian yang Kami Alami karena Penghentian Siaran Dibawa ke Jalur Hukum
“Dukungan Presiden Biden terhadap pertahanan Israel sangat kuat, dan Israel berhak mengejar Hamas dan mereka yang bertanggung jawab atas pembantaian 7 Oktober,” kata juru bicara Gedung Putih Karine Jean-Pierre kepada wartawan pada hari Kamis saat terbang bersama Presiden Biden ke California.
“Apa yang tidak kami dukung adalah operasi darat besar-besaran di Rafah, sebuah kota yang kini menampung lebih dari 1 juta orang, karena kami yakin ada cara alternatif yang lebih baik untuk menyerang Hamas,” katanya.
Pada hari Rabu, ia menyampaikan kemungkinan untuk menunda pengiriman peralatan pemandu bom dan artileri ke Israel dengan harapan ancaman tersebut akan membuat Israel mundur dari operasi di kota tersebut.
Langkah tersebut merupakan bagian dari upaya terakhir untuk membuat Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan pemerintahan sayap kanannya untuk memikirkan kembali rencana melakukan serangan di kota tersebut dalam upaya untuk mengalahkan Hamas.
AS mengambil langkah paling tajam untuk memengaruhi pengambilan keputusan sekutunya dalam perang yang sedang berlangsung melawan kelompok militan itu, yang dipicu oleh serangan Hamas terhadap Israel pada 7 Oktober. Sekitar 1.200 orang di Israel dibunuh dan sekitar 250 lainnya disandera. (*)