Bukan Aksi Pertama
Para pekerja Google dan Amazon bukan kali pertama menyatakan ketidakpuasan mereka terhadap Proyek Nimbus. Pada 2017, Google bermitra dengan Pentagon untuk menggunakan teknologi kecerdasan buatan perusahaan itu untuk menganalisis rekaman surveilans drone. Kemudian pada 2018, ribuan karyawan Google memprotes kontrak dengan Departemen Pertahanan AS yang dikenal sebagai Proyek Maven.
Pada 2021, karyawan Amazon dan Google menyatakan kekhawatiran mereka secara anonim dalam surat terbuka yang dipublikasikan oleh outlet berita Inggris, The Guardian. Lebih dari 90 pekerja di Google dan lebih dari 300 di Amazon telah menandatangani surat ini secara internal.
“Perusahaan kami menandatangani kontrak yang disebut Proyek Nimbus untuk menjual teknologi berbahaya kepada militer dan pemerintah Israel. Kontrak ini ditandatangani pada minggu yang sama ketika militer Israel menyerang warga Palestina di Jalur Gaza – menewaskan hampir 250 orang, termasuk lebih dari 60 anak-anak,” tulis para pekerja dalam laporan The Guardian.
Tanggapan Google
Baca Juga:Benda Bercahaya Kehijauan Melintasi Langit Yogyakarta, Pertanda Apa?Indra Pratama Ungkap CCTV Tidak Ada yang Mati, Total 20 Aktif di TKP Bunuh Diri Brigadir RAT
CEO Google, Sundar Pichai mengeluarkan peringatan terhadap protes pekerja. Atas aksi tersebut, Google memecat 20 pengunjuk rasa, sehingga total yang dipecat sekitar 50 orang.
Bahkan seorang insinyur perangkat lunak Google yang ditangkap karena berpartisipasi dalam aksi di New York. Insinyur tersebut mengatakan kepada outlet AS Democracy Now bahwa para pekerja ditangkap karena berbicara menentang penggunaan teknologi untuk mendukung genosida pertama yang didukung AI.
Google mengatakan pihaknya memecat pekerja tersebut setelah penyelidikannya mengumpulkan rincian dari rekan kerja yang “terganggu secara fisik” dan mengidentifikasi karyawan yang menggunakan masker dan tidak membawa lencana staf untuk menyembunyikan identitas mereka. (*)