Sekembalinya ke Zlin, dia mulai menerapkan apa yang dipelajarinya. Kemudian terjadilah Perang Dunia I di Eropa yang membuat munculnya kebutuhan sepatu untuk tentara. Bata pun mendapat orderan. Menurut The Encyclopedia of the Industrial Revolution in World History (2014) dan Czech Republic: The Bradt Travel Guide (2006), Bata mendapat untung besar saat membuat sepatu untuk tentara Austro-Hungaria. Pabrik Bata membuat sekitar 50 ribu sepatu sepanjang perang itu.Setelah Perang Dunia pertama, usaha Bata berkembang di beberapa negara. Mereka belakangan mendirikan Bataville di Perancis, Bata-Park di Swiss, Bata-Estate di Inggris, Batadorp di Belanda, dan Batawa di Kanada. Di Ceko sendiri ada Batavillage, desa tempat pabrik Bata dan tenaga kerjanya. Selain pabrik terdapat sekolah, klinik kesehatan, fasilitas olahraga, dan tentu saja kantor di sana. Ketika Tomas Bata meninggal dunia karena kecelakaan pesawat pada 12 Juli 1932, perusahaannya sudah mempekerjakan 31 ribu pekerja.
Sebelum Tomas Bata meninggal dunia, produk Bata sudah sampai ke Hindia Belanda. Sebuah perusahaan pengimpor pun berdiri pada 1931. Gudangnya yang ada sejak 1931 berada tak jauh dari Pelabuhan Tanjung Priok. Perusahaan itu adalah NV Nederlandsch Indische Schoenhandel Maatschappij Bata.
Menurut buku Asian Accounting Handbook: A User’s Guide to the Accounting (2005) karya Shahrokh M. Saudagaran dan Thomson Learning, berdiri berdasar akta notaris Adriaan Hendrik van Ophuijsen no. 64 tanggal 15 Oktober 1931. Menurut buku Anthony Cekota dalam Entrepreneur Extraordinary: Biography of Tomas Bata (1968), Tomas Bata bahkan datang ke Indonesia untuk menjadikan Hindia Belanda sebagai pasarnya.
Baca Juga:Indra Pratama Ungkap CCTV Tidak Ada yang Mati, Total 20 Aktif di TKP Bunuh Diri Brigadir RATKasus Bunuh Diri Brigadir RAT, Ditemukan Luka di Kepala dari Pelipis Kanan dan Kiri, Dugaan Masalah Pribadi
Dari Tanjung Priok, aset perusahaan Bata lalu dipindahkan ke daerah baru: Rawajati, Kalibata pada 1939. Kemiripan nama ini kebetulan saja. Menurut Zaenuddin H.M. dalam buku 212 Asal-Usul Djakarta Tempo Doeloe (2012), di daerah Kalibata dulunya banyak terdapat batu, termasuk batu bata, sehingga dinamai demikian. Tak hanya di Kalibata, Pabrik Bata ada juga Medan, lalu Purwakarta sejak 1994.
Setelahnya, menurut Grant Gordon dalam Family Wars: Membedah Konflik 20 Dinasti Bisnis Dunia, perusahaan sempat dipimpin Jan Antonin Bata. Tomas tidak meninggalkan wasiat. Putra Tomas, Thomas Bata Sr, yang kala itu baru 17 tahun dianggap belum siap memimpin perusahaan. Pada 1966, barulah perusahaan dipegang olehnya.