Wartawan yang berani
Ki Hajar Dewantara menyelesaikan pendidikan dasarnya di Europeesch Lagere School (ELS). Ia juga pernah melanjutkan pendidikan ke STOVIA, sekolah dokter Bumiputera. Meski tidak sempat menyelesaikan pendidikannya di STOVIA karena sakit, namun ia memaksimalkan masa pendidikannya dengan banyak membaca buku. Kegemarannya membaca berbagai buku sastra, politik dan ekonomi memberinya pengetahuan dan pemikiran yang luas tentang dunia luar. Dari situlah minatnya menjadi seorang wartawan muncul. Selepas keluar dari STOVIA, Ki Hadjar Dewantara menjadi wartawan di sejumlah surat kabar terkemuka, di antaranya Midden Java, De Expres, Oetoesan Hindia, Kaoem Moeda, Tjahaja Timoer, dan Poesara. Tulisannya yang kritis menjadikannya sebagai wartawan yang terkenal pada masa itu. Salah satu tulisannya yang kontroversi berjudul “Seandainya Aku Seorang Belanda”. Dalam tulisan ini ia menyampaikan banyak kritikan terhadap pejabat Hindia Belanda. Tulisan ini dimuat di harian De Express pada 13 Juli 1913. Karena tulisan ini ia dihukum dan diasingkan ke Belanda pada tahun 1913.
Pendiri Partai Indische Partij
Ki Hadjar Deawantara mendirikan partai politik nasionalis pertama di Indonesia. Partai ini ia dirikan bersama temannya Ernest Douwes Dekker dan Tjipto Mangoenkoesoemo pada tahun 1912. Partai Indische Partij yang didirikannya tercatat sebagai partai pertama yang secara tegas mencantumkan “Indonesia Merdeka“ sebagai tujuannya. Partai ini pula yang mulai memikirkan tanah Hindia dan memisahkan semboyan Hindia dengan Belanda.
Pendiri Taman Siswa
Terdorong dari pengalaman masa kecilnya saat ia mengamati banyaknya mayarakat yang tidak berkesempatan memperoleh pendidikan, Ki Hadjar Dewantara berhasil mewujudkan impiannya mendirikan sekolah di Yogyakarta. Sekolah yang kemudian diberi nama “National Onderwijs Institut Taman Siswa” ini didirikan pada tanggal 3 Juli 1922. Sekolah Taman Siswa ini menjadi simbol bahwa pendidikan adalah hak semua orang, tidak hanya masyarakat Eropa dan kaum bangsawan.
Baca Juga:Indra Pratama Ungkap CCTV Tidak Ada yang Mati, Total 20 Aktif di TKP Bunuh Diri Brigadir RATKasus Bunuh Diri Brigadir RAT, Ditemukan Luka di Kepala dari Pelipis Kanan dan Kiri, Dugaan Masalah Pribadi
Di sekolah ini, Ki Hadjar Dewantara memadukan pendidikan gaya eropa dengan ideologi kebangsaan. Melaui pendirian sekolah, Ki Hadjar Dewantara berkeyakinan bahwa pendidikan adalah modal penting untuk merdeka. Pendidikan merupakan sarana untuk menumbuhkan semangat kebangsaan dan mengantarkan kita sebagai bangsa yang berbudaya, beradab dan bermartabat.