Faktanya, seepekan sejak polisi membersihkan perkemahan pertama di Columbia University, perkemahan kedua tidak hanya berkembang lebih besar. Namun, juga lebih terorganisir.
“Pihak universitas mengira mereka bisa memanggil polisi dan mengusir para pengunjuk rasa. Sekarang kita punya pengunjuk rasa dua kali lebih banyak,” kata Joseph Howley, seorang profesor di Columbia University dan pendukung perkemahan tersebut. “Para mahasiswa telah mengalami peningkatan penindasan yang mendorong mereka untuk meningkatkan taktik sekarang.”
Pada 22 April, pihak kampus Columbia University mengumumkan bahwa kelas akan diadakan dalam mode hybrid hingga akhir semester Musim Semi. Mengutip CNN, menurut kalender akademik kampus, hari terakhir kelas adalah pada 29 April.
Baca Juga:Indra Pratama Ungkap CCTV Tidak Ada yang Mati, Total 20 Aktif di TKP Bunuh Diri Brigadir RATKasus Bunuh Diri Brigadir RAT, Ditemukan Luka di Kepala dari Pelipis Kanan dan Kiri, Dugaan Masalah Pribadi
Laporan Al Jazeera pada 29 April menyebutkan, setidaknya 900 mahasiswa dan dosen ditangkap di AS selama 10 hari terakhir. Beberapa mahasiswa diskors, menjalani masa percobaan, dan dalam kasus yang jarang terjadi, dikeluarkan dari kampus.
Momodou Taal, termasuk di antara empat mahasiswa Cornell University yang diskors karena berpartisipasi dalam demonstrasi pro-Palestina. Dia mengaku mahasiswa yang ikut aksi menerima ancaman, menjadi sasaran doksing, dan mereka tidak mendapat perlindungan dari pihak kampus.
Dari Columbia University, aksi protes pro-Palestina tidak hanya menjalar ke kampus-kampus top lain di dalam negeri AS seperti Yale University, New York University, Virginia Tech, Emerson College, Stanford University, University of Chicago, Massachusetts Institute of Technology, University of California Los Angeles dan lain-lain, namun juga hingga ke sejumlah negara.
Di Prancis, unjuk rasa pro-Palestina bergema di Paris Institute of Political Studies (Sciences Po) dan Sorbonne University. Leeds University, University College London, dan Warwick University di Inggris turut serta dalam aksi serupa. Demikian pula halnya dengan Sapienza University di Italia; University of Melbourne dan University of Sydney di Australia; serta McGill University dan Concordia University di Kanada.
Perang Israel Vs Hamas di Jalur Gaza sendiri sudah berlangsung sejak 7 Oktober 2023. Otoritas kesehatan Jalur Gaza seperti dikutip dari Xinhua menyatakan bahwa lebih dari 34.400 nyawa telah melayang dan lebih dari 77.600 orang terluka.