Para ilmuwan sering menyampaikan bahwa banyak orang hanya berpura-pura percaya pada teori konspirasi dan bentuk misinformasi lainnya semata-mata sebagai cara untuk mengekspresikan loyalitas politik mereka. Namun, bahkan kepura-puraan tersebut dapat berakibat fatal. Mari kita pertimbangkan analogi berikut.
Ketika seorang anak kecil menyatakan bahwa “lantainya adalah lahar,” hanya sedikit yang percaya pernyataan tersebut. Namun, anak itu, dan yang lainnya, mulai bertindak seolah-olah pernyataan itu benar. Mereka yang percaya kemudian mungkin memanjat perabotan dan mengulangi pernyataan tersebut kepada orang lain yang memasuki ruang tersebut. Ada anak-anak yang bermain hanya untuk bersenang-senang, ada yang bermain untuk memamerkan keterampilan memanjat dan melompatnya, dan ada yang bermain untuk menyenangkan anak yang memulai permainan.
Beberapa anak cepat merasa bosan dengan permainan tersebut dan ingin berhenti bermain, tetapi mereka menyukai atau menghormati anak yang memulai permainan tersebut, dan tidak ingin mengecewakannya dengan berhenti bermain. Saat permainan berlangsung, beberapa anak bermain dengan terlalu bersemangat. Akibatnya, perabotan rumah rusak, dan beberapa dari mereka terluka saat mencoba melompat dari satu permukaan tinggi ke permukaan lainnya. Walau lahar dalam permainan itu tidak nyata, barang-barang yang rusak merupakan benda nyata.
Baca Juga:Analisa Pengamat Transportasi: Kecelakaan Tol Japek KM58 Belum Tentu Penerapan ContraflowKoalisi Masyarakat Sipil Adukan Presiden Jokowi ke Ombudsman Terkait Dugaan Maladministrasi Pilpres 2024
Dalam konteks yang lebih serius, ketika Donald Trump mengklaim bahwa pemilihan presiden 2020 “dicurangi,” beberapa pejabat dan anggota masyarakat menuruti klaim tersebut. Baik karena keyakinan yang tulus, keberpihakan, kesetiaan kepada Trump, maupun peluang finansial, banyak orang Amerika berperilaku seolah-olah pemilu 2020 telah berlangsung secara tidak adil.
Beberapa orang yang percaya teori konspirasi pemilu tersebut berkumpul di Washington, D.C. Beberapa dari mereka menyerbu Kantor Kongres Amerika Serikat dan, di belakang layar, beberapa orang lainnya mengembangkan skema untuk mengirimkan daftar pemilih palsu yang mendukung pemilihan kembali Trump meskipun dia kalah dalam pemilu. Orang-orang yang terlibat dalam kegiatan ini dapat mengandalkan dukungan dari orang lain yang mendukung klaim pemilu yang curang, bahkan jika dukungan tersebut sebagian besar tidak tulus.
Akibat dari kepercayaan bahwa pemilu Amerika Serikat 2020 dicurangi tentu lebih besar daripada akibat dari bermain seolah-olah lantai adalah lahar. Kepercayaan dari klaim pemilu 2020 dicurangi berakibat pada kerusakan gedung kongres yang bernilai jutaan dolar, ratusan penangkapan perusuh, sejumlah korban jiwa, dan ancaman kepada demokrasi Amerika.