PAKAR psikologi forensik, Reza Indragiri Amriel, telah mengirimkan amicus curiae atau sahabat pengadilan ke Mahkamah Konstitusi alias MK pada 16 April 2024. Dokumen ini dikirim sebagai pendapat terhadap perkara sengketa hasil Pilpres yang tengah bergulir.
“Saya menyerahkan Amicus atas nama pribadi. Walaupun saya sertakan CV tetapi saya tekankan bahwa ini atas nama pribadi,” tegasnya.
Reza menyampaikan pengajuan Amicus Curiae beserta opininya merupakan bentuk kontribusi keilmuan psikologi atas persoalan terkait pemberian bantuan sosial (bansos) menjelang penyelenggaraan pemilihan presiden tahun 2024.
Baca Juga:Analisa Pengamat Transportasi: Kecelakaan Tol Japek KM58 Belum Tentu Penerapan ContraflowKoalisi Masyarakat Sipil Adukan Presiden Jokowi ke Ombudsman Terkait Dugaan Maladministrasi Pilpres 2024
Reza mengatakan, ide menulis amicus curiae dipantik oleh pernyataan Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy dalam sidang sengketa Pilpres pada Jumat, 5 April lalu.
“Pada saat itu, Menko PMK menyatakan ‘terlalu mustahil kalau hanya seratus kunjungan untuk secara simbolik membagi bansos, kemudian itu berpengaruh secara nasional. Itu saya kira doesn’t make sense’,” tulis Reza dalam amicus curiae-nya.
Dia lantas menjelaskan dua pandangannya dalam hal ini. Pertama, mekanisme psikologi di balik pengaruh pemberian bantuan sosial atau bansos terhadap sikap politik masyarakat.
“Rekayasa sosial (social engineering) pada banyak hal dilangsungkan dengan memanfaatkan mekanisme vicarious learning,” tutur Reza.
Dia menjelaskan, istilah vicarious learning merujuk kemampuan manusia untuk belajar melalui pengamatan (observasi), bukan berdasarkan pengalaman langsung. Contoh, warga negara yang menentang penguasa dihukum berat di hadapan publik. Eksekusi itu dilakukan agar orang-orang yang menyaksikan merasa kengerian dan kesakitan yang sama, sehingga tidak meniru perbuatan serupa.
Contoh lain adalah penganugerahan Hoegeng Award bagi personel polisi yang berprestasi. Penghargaan itu, menurut Reza, diselenggarakan agar anggota kepolisian terinspirasi melakukan kebaikan dan meningkatkan kinerja mereka, serta supaya masyarakat mengetahui kebaikan-kebaikan yang dilakukan oleh polisi teladan.
“Mengacu uraian tentang mekanisme vicarious learning di atas, dapat dipahami bahwa bansos juga potensial bekerja dengan memengaruhi mental masyarakat,” ucap Reza.
Baca Juga:Penyembelihan Sapi Merah Doktrin Yahudi Robohkan Al Aqsa Jatuh 10 April 2024, Berbarengan dengan Lebaran?Yayasan Konsumen Muslim Indonesia Rilis Sejumlah Nama Perusahaan dengan Produk Terbukti Terafiliasi Israel, Begini Tanggapan Wasekjen MUI
Sehingga walaupun bansos Presiden Joko Widodo dan beberapa menterinya diberikan hanya kepada ribuan orang, kata dia, tapi lewat kabar dari mulut ke mulut serta ditopang ekspos media konvensional dan media sosial secara masif, berjuta-juta orang Indonesia akan dapat terpengaruh pilihan politiknya.