PRESIDEN Joko Widodo atau Jokowi menerima kunjungan Menteri Luar Negeri Cina Wang Yi di Istana Kepresidenan Jakarta pada Kamis pagi, 18 April 2024. Menurut Juru Bicara Kementerian Luar Negeri China, Lin Jian, tujuan dari kunjungan Wang Yi adalah untuk memperkuat kerja sama dalam kerangka Inisiatif Sabuk dan Jalan (Belt and Road Initiative).
“Melalui kunjungan ini, China berharap dapat menerapkan pemahaman bersama yang dicapai antara Presiden Xi Jinping dan para pemimpin kedua negara, melaksanakan kerja sama Belt and Road yang berkualitas tinggi dan meraih kemajuan yang lebih substantif dalam pembangunan China-Indonesia,” kata Lin Jian di Beijing, China, Selasa, 16 April 2024.
Ada beberapa poin penting yang disampaikan Jokowi saat bertemu dengan Wang Yi, mulai dari ekonomi hingga investasi. Berikut adalah isi pertemuan Jokowi dan Wang Yi.
Pembangunan Transportasi di IKN
Baca Juga:Analisa Pengamat Transportasi: Kecelakaan Tol Japek KM58 Belum Tentu Penerapan ContraflowKoalisi Masyarakat Sipil Adukan Presiden Jokowi ke Ombudsman Terkait Dugaan Maladministrasi Pilpres 2024
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menjelaskan beberapa hal yang dibahas dalam pertemuan antara Jokowi dan Wang Yi. Retno mengatakan, Jokowi mendorong China untuk mendukung pembangunan infrastruktur transportasi di Ibu Kota Nusantara (IKN), Kalimantan Timur.
“Bapak Presiden (Jokowi) mendorong kerja sama pembangunan di IKN termasuk untuk moda transportasi,” kata Retno Marsudi yang mendampingi Jokowi selama pertemuan dengan Wang Yi.
Kelanjutan Proyek Kereta Cepat Jakarta-Surabaya
Jokowi juga membahas tentang kelanjutan proyek kereta cepat Jakarta-Bandung dan mendorong transfer teknologi dari China ke Indonesia. Jokowi menginginkan adanya percepatan studi kelayakan trayek kereta cepat hingga Surabaya.
“Perlu percepatan penyelesaian studi kelayakan untuk perpanjangan trase (kereta cepat) hingga ke Surabaya,” tutur Retno.
Realisasi Investasi Industri Petrokimia
Presiden Jokowi juga memperkuat dorongan kepada pemerintah China agar segera melaksanakan investasi dalam sektor industri petrokimia di wilayah Kalimantan Utara. Diketahui, dengan nilai perdagangan mencapai lebih dari 127 miliar dolar AS (setara dengan sekitar Rp2.055 triliun), China menjadi mitra dagang terbesar bagi Indonesia.
Selain itu, China juga merupakan salah satu investor asing terkemuka di Indonesia, dengan nilai investasi mencapai lebih dari 7,4 miliar dolar AS (sekitar Rp119,7 triliun) pada tahun sebelumnya.