EKONOMI Indonesia berpotensi mengalami perlambatan jika konflik di Timur Tengah memburuk setelah serangan balasan Iran terhadap Israel. Pemerintah Indonesia sebelumnya menargetkan pertumbuhan ekonomi tahun ini sebesar 5,2%. Pada 2023, pertumbuhan ekonomi Indonesia mencapai 5,05%.
Ekonom yang juga mantan Menteri Keuangan, Bambang Brodjonegoro menilai eskalasi konflik di Timur Tengah dapat menjadi berita buruk untuk perekonomian Indonesia.
“Sampai sebelum ada eskalasi, semua pihak yakin (target pertumbuhan ekonomi, Red) 5% tercapai. Namun,, kalau eskalasi menjadi lebih besar atau lebih lama, atau menimbulkan kegamangan kepada berbagai pihak, rasanya akan menjadi tantangan untuk mencapai target 5%,” kata Bambang dalam dialog virtual yang dipantau melalui Zoom, Senin (15/4/2024).
Baca Juga:Analisa Pengamat Transportasi: Kecelakaan Tol Japek KM58 Belum Tentu Penerapan ContraflowKoalisi Masyarakat Sipil Adukan Presiden Jokowi ke Ombudsman Terkait Dugaan Maladministrasi Pilpres 2024
“Mungkin bisa terdorong ke bawah (5%), ke 4,6% sampai 4,8% karena gangguan keseimbangan eksternal yang terganggu, potensi inflasi, ditambah lagi sumber-sumber pertumbuhan kita sangat bergantung pada konsumsi dalam negeri,” tambah Bambang.
Menurut Bambang, Indonesia hanya dapat mengandalkan dampak ekonomi dari pemilihan kepala daerah untuk mencapai pertumbuhan 5% tahun ini. Diketahui, pada 27 November 2024, rakyat Indonesia akan memberikan suara untuk memilih kepala daerah, termasuk gubernur.
Indonesia sebelumnya pada 14 Februari 2024 telah menggelar Pemilu 2024, untuk memilih presiden dan wakil presiden, serta anggota parlemen pusat dan daerah. Bambang sendiri menilai potensi ekonomi dari pemilu kali ini akan berbeda dibanding pemilu sebelumnya.
“Kalau kita melihat dampak pemilu, pemilu tahun ini berbeda dengan pemilu sebelumnya. Saat ini, orang menggunakan media sosial (untuk mempromosikan kandidat mereka), jadi tidak banyak dampak konsumsi di luar konsumsi data atau internet. Setiap pilkada tidak akan beda jauh, meskipun intensitas konsumsi yang sifatnya fisik masih mungkin terjadi,” ungkap Bambang.
Dalam kesempatan terpisah, ekonom dari Center of Economics and Law Studies (Celios), Bhima Yudhistira, juga memberikan pandangan serupa. Ia menilai konflik Iran-Israel dapat memengaruhi ekspor Indonesia ke Timur Tengah, Afrika, dan Eropa.
“Pengurangan ekspor tersebut akan menyebabkan pertumbuhan Indonesia melambat menjadi sekitar 4,6 hingga 4,8% tahun ini,” kata Bhima saat dihubungi Jakarta Globe, Senin (15/4/2024).
Bhima juga menilai konflik Iran dan Israel bisa berdampak ke harga minyak dunia, yang berdampak pada tingginya subsidi energi Indonesia dan mengakibatkan melemahnya kurs rupiah. Selain itu, konflik Timur Tengah juga berdampak pada keluarnya aliran investasi asing dari negara berkembang karena meningkatnya risiko geopolitik.