Perang bayangan terlama antara Iran dan Israel berlangsung di Lebanon sejak 1985. Di sana Iran mulai menyokong Hezbollah, gerakan politik Syiah yang dibentuk pada 1982 untuk memerangi Israel karena pendudukannya di teritori selatan Lebanon.
Konflik bayangan lain berlangsung di Suriah, tepatnya sejak perang sipil meletus pada 2011. Iran hadir di sana untuk menyokong rezim Presiden Bashar al-Assad dalam menumpas grup-grup pemberontak, yang di antaranya didukung oleh AS dan negara-negara Arab Teluk Qatar dan Arab Saudi.
Sementara Israel, yang kerap melakukan serangan udara ke ibu kota Suriah di Damaskus, punya kepentingan sendiri: menghalau Iran agar pengaruh dan ancamannya tak sampai merambah ke Israel (yang sisi utaranya berbatasan dengan Suriah) sekaligus mencegah penyelundupan senjata dari Iran untuk Hezbollah di Lebanon (yang lokasinya diapit Israel dan Suriah).
Baca Juga:Analisa Pengamat Transportasi: Kecelakaan Tol Japek KM58 Belum Tentu Penerapan ContraflowKoalisi Masyarakat Sipil Adukan Presiden Jokowi ke Ombudsman Terkait Dugaan Maladministrasi Pilpres 2024
Kekacauan juga mereka giring sampai ke Irak. Awal tahun ini, misalnya, Iran mengirim rudal balistik ke fasilitas intelijen Israel di Erbil, Irak, sebagai pembalasan dendam atas serangan udara Israel ke pabrik drone Iran.
Sebagaimana plot dalam kisah-kisah spionase menegangkan, konflik turut melibatkan agen rahasia yang misinya spesifik: melumpuhkan aktivitas nuklir musuh. Selama ini, intelijen Israel dianggap sudah biasa menyusup ke teritori Iran untuk melakukannya.
Juli kemarin, misalnya, Iran menangkap jaringan mata-mata yang berafiliasi dengan Mossad. Jaringan dicurigai akan bikin kacau di situs-situs nuklir pemerintah.
Otoritas Iran juga rutin menuding Israel berada di balik kematian misterius para ilmuwan nuklirnya (mencapai lima korban jiwa sepanjang 2010-2020). Juni kemarin, agen Israel kembali dicurigai telah meracuni dua ilmuwan, masing-masing pakar geologi dan teknologi pesawat, sampai mereka meregang nyawa.
Intelijen Israel turut disinyalir membunuhi figur-figur militer penting dari Pasukan Pengawal Revolusi Iran (IRGC). Bulan Mei kemarin, Kolonel Sayad Khodayee tewas ditembak secara misterius di Tehran. Khodayee merupakan salah satu pemimpin pasukan dalam grup elite Quds yang menjalankan misi-misi rahasia di luar negeri, termasuk menculik dan membunuh warga Israel dan warga negara sekutu Israel di Eropa atau AS.