Heru mengungkapkan jika dirinya butuh sekitar 2-3 tahun untuk melakukan banyak kesalahan dan kekeliruan dalam bidang bisnis yang ditekuni. Pria jebolan Fisipol UGM ini membutuhkan ekstra pengalaman yang sangat mahal.
“Hampir 4-5 bidang usaha sudah dirintis dan dikerjakan tetapi semuanya berakhir dengan kegagalan . Karenanya dari berbagai kegagalan tersebut disimpulkan jika bisnis harus atau wajib dikelola langsung oleh pemiliknya bukan diserahkan atau diberikan ke orang lain. Pasti hancur dan tidak berbentuk bisnis ujungnya akan mengalami kegagalan total,” ungkapnya.
Lebih serius lagi, Heru menambahkan jika bisnis harus dilakukan dengan koridor yang jelas yakni pengalaman wajib dimiliki atas bidang yang akan digelutinya. Dirinya sudah cukup banyak uang dan tenaga di bisnis yang dijalankan dan hasilnya minim atau gagal.
Baca Juga:Yayasan Konsumen Muslim Indonesia Rilis Sejumlah Nama Perusahaan dengan Produk Terbukti Terafiliasi Israel, Begini Tanggapan Wasekjen MUIPernyataan Lengkap Princess of Wales, Kate Middleton: Bagi Siapa pun yang Menghadapi Penyakit ini, Mohon Jangan Putus Asa
“Hal itu terjadi karena bisnis tidak dijalankan dengan bekal pengalaman yang kuat dan juga bidang yang dijalankannya tidak linier dengan pengalaman yang didapat sebelumnya,” lanjutnya.
Atas dua alasan tersebut, Heru bergegas menggeser bisnisnya ke bidang otomotif yang notabennya menjadi portofolio paling seksi untuk modal kesuksesan. Langkahnya mengambil bidang bisnis otomotif berujung ladang “cuan” yang terus menerus dan berkembang mapan.
Dirinya mampu bertahan dalam menjalankan bisnisnya dalam 3 badai ekonomi dimana terjadi penyusutan ekonomi makro nasional yang berdampak secara langsung terhadap pelaku usaha.
“Kondisi ekonomi paling sulit justru datang pada era pemerintahan Jokowi di periode 2019-2024 dan kondisi ekonomi paling menggiurkan terjadi era pemerintahan SBY ( 2004-2014),” kenang Heru. (*)