Dulu, paket diisi dengan sayuran dan ikan yang dimasak, namun sekarang orang berbagi paket biskuit, kopi instan, gula, sirup, teh, dan lainnya.
Lalu, Megibung yang dilakukan umat muslim di Bali. Megibung berasal dari kata gibung yang berarti berbagi, duduk melingkar, dan makan bersama dengan nasi dan piring di atas nampan.
Ritual ini diadakan di Kampung Islam Kepaon, Karangasem, Bali Timur pada tanggal 10, 20, dan 30 Ramadan. Ritual ini diketahui juga diperkenalkan oleh Raja Karangasem, I Gusti Agung Anglurah Ketut Karangasem pada abat ke-17 Masehi.
Baca Juga:Yayasan Konsumen Muslim Indonesia Rilis Sejumlah Nama Perusahaan dengan Produk Terbukti Terafiliasi Israel, Begini Tanggapan Wasekjen MUIPernyataan Lengkap Princess of Wales, Kate Middleton: Bagi Siapa pun yang Menghadapi Penyakit ini, Mohon Jangan Putus Asa
Kemudian, masyarakat di Jawa Timur terutama di Tuban, Malang, dan Surabaya mengadakan tradisi Megengan untuk menyambut bulan Ramadhan. “Megengan” berasal dari bahasa Jawa megeng, yang berarti “memegang”.
Selama Megengan, masyarakat biasanya duduk bersama di masjid atau lapangan untuk berdoa bersama dan makan bersama. Tradisi itu juga merupakan salah satu cara penyebaran Islam di Jawa Timur sejak dulu.
Jadi, tradisi berkumpul sambil membawa makanan atau makan bersama, pada dasarnya sudah menjadi bagian dari kebiasaan masyarakat di tanah air. Mengutip dari website nu.or.id, setidaknya ada tiga tradisi “buka puasa bersama” yang berbeda. Pertama, buka puasa yang hanya diikuti oleh internal anggota lembaganya saja.
Ritus mereka pada umumnya selain makan dan minum bersama, juga ada ceramah agama oleh petinggi lembaga atau tokoh agama kondang yang sengaja diundang pada sebelum buka puasa atau sebelum shalat tarawih diselenggarakan.
Lembaga pemerintah dan perusahaan atau lembaga non-pemerintah yang relatif mapan biasanya masuk ke dalam kelompok ini.
Kedua, kelompok yang menyelenggarakan buka puasa bersama untuk kelompok sosial lain yang membutuhkan. Contohnya, untuk masyarakat miskin kota (urban poor community) dan orang-orang yang dalam bepergian (musafir).
Kelompok ini sengaja menyediakan makanan dan minuman bagi berbuka puasanya kelompok sosial ini. Tidak ada agenda lain, kecuali semata-mata menyediakan bahan meterial buka puasa. Ini biasanya rutin harian atau mingguan.
Baca Juga:‘In His Own Write’ Ungkap Bukti Eksistensi John Lennon di Industri Hiburan DuniaTimnas Indonesia Raih Poin Penuh atas Vietnam di Putaran Kedua Kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Asia, Skor Tipis 1-0
Masuk ke dalam kelompok ini adalah masjid, mushalla, atau lembaga sosial lain yang biasanya mewadahi atau bersemangat memburu infak, shadaqah, dan zakat dari orang-orang kaya di sekelilingnya. Jadi, sifatnya karitatif saja (santunan).