EMISI karbon adalah sebuah proses dari karbon dioksida ke atmosfer bumi, yang mana hal inidapat dipicu dari beberapa faktor baik yang terjadi secara alami ataupun dapat dipicu dariaktivitas manusia yang merusak lingkungan seperti penebangan liar (illegal logging), konsumsi/pemakai tenaga listrik dengan menggunakan energi yang tidak ramah lingkungan dan industri manufaktur. Dalam hal ini, emisi karbon merujuk pada adanya pembakaran senyawa-senyawa yang memiliki kandungan karbon, seperti CO2, kayu, hingga bahan bakar hidrokarbon. Akibatnya jumlah karbon yang masif terdapat di atmosfer sudah sangat mencapai level yang sangat tidak mungkin untuk diserap secara alami lagi.
Menanggapi pencemaran lingkungan besar-besaran yang dilakukan oleh manusia dengan skala yang masif ini, maka berbagai negara-negara di dunia bersatu untuk membuat skenario untuk dapat menekan emisi karbon untuk mencapai net zero emission pada 2050. Hal serupa ini pun juga yang ingin dilakukan oleh Indonesia mencapai net zero emission.
Indonesia mempunyai komitmen dalam upaya melakukan melakukan pengendalian perubahan iklim global dengan menggunakan target pengurangan dari emisi karbon sebanyak 29/ di tahun 2030 dan akan mencapai net zero emission yang ditargetkan di tahun 2060. Untuk mencapai hal yang demikian maka, salah upaya yang dilakukan oleh Indonesia adalah melakukan transisi energi. Transisi energi adalah sebuah peralihan dari penggunaan energi fosil kepada Energi Baru dan Terbarukan atau yang disingkat (EBT).
Baca Juga:Yayasan Konsumen Muslim Indonesia Rilis Sejumlah Nama Perusahaan dengan Produk Terbukti Terafiliasi Israel, Begini Tanggapan Wasekjen MUIPernyataan Lengkap Princess of Wales, Kate Middleton: Bagi Siapa pun yang Menghadapi Penyakit ini, Mohon Jangan Putus Asa
EBT baru-baru ini sangat sering kita dengar pada saat pemilihan presiden di Indonesia, terutama pada saat debat capres dan cawapres. hal ini sangat sering digaungkan oleh salah satu paslon capres dan cawapres, yaitu paslon 02 terkhususnya oleh Gibran Rakabuming Raka. Menurutnya, peralihan dari energi fosil yang dampaknya dapat merusak lingkungan ke energi baru dan terbarukan yang ramah lingkungan akan membawah iklim yang sehat Indonesia serta ada banyak manfaat. sehingga menurutnya hal ini juga menjadi salah satu hal yang harus di prioritaskan.
Namun, yang menjadi kendala untuk dapat mencapai komitmen pengendalian perubahan iklim global dikarenakan penggunaan dari EBT sendiri di Indonesia masih sangat minim. Dilansir dari https://megashift.fisipol.ugm.ac.id/ menurut Data Badan Pusat Statistik (BPS), porsi EBT di tahun 2021 hanya sebesar 12,16% dari total bauran energi nasional. Porsi tersebut hanya pada 10,6 GW atau sekitar 0,3% yang terpasang dari potensi EBT yang ada, yaitu 3.692 GW. Walaupun penggunaan dari EBT sendiri yang masih sangat minim di Indonesia sampai saat, akan tetapi pemerintah telah melakukan berbagai upaya untuk penggunaan EBT ini semakin masif dikarenakan mempunyai efektivitas dalam upaya mencapai net zero emission.