Komisi Sipil yang dibentuk Elkayam pun diketahui mendapatkan dana jutaan dolar AS atas aktivitasnya tersebut.“Dalam sebuah dokumen yang bertujuan untuk mendapatkan dukungan bagi komisi sipil tersebut, diklaim bahwa total perkiraan biaya kegiatan komisi pada tahun 2024 adalah 8 juta dolar, dimana 1,5 juta dolar ditujukan untuk manajemen dan administrasi,” surat kabar tersebut melaporkan.
Pejabat pemerintah yang sama mengatakan kepada surat kabar tersebut. “Ram Emanuel, duta besar AS untuk Jepang, menyumbangkan uang kepadanya, dia menerima sumbangan dari banyak orang, dan mulai meminta uang untuk kuliah.”
Menurut The Grayzone, Elkayam-Levy pada 11 November 2023 menyuplai gambar perempuan pejuang Kurdi yang tewas dalam pertempuran sebagai perempuan Yahudi Israel yang dibunuh dan diperkosa. Elkayam menarasikannya sebagai korban dari pejuang Hamas di Nova Electronic Music Festival pada 7 Oktober.
Baca Juga:Yayasan Konsumen Muslim Indonesia Rilis Sejumlah Nama Perusahaan dengan Produk Terbukti Terafiliasi Israel, Begini Tanggapan Wasekjen MUIPernyataan Lengkap Princess of Wales, Kate Middleton: Bagi Siapa pun yang Menghadapi Penyakit ini, Mohon Jangan Putus Asa
Laporan yang ditulis oleh Yedioth Ahronoth muncul beberapa hari setelah Elkayam-Levy dianugerahi Penghargaan Israel yang bergengsi karena memberikan perhatian pada kejahatan Hamas terhadap perempuan, tulis Times of Israel.
Laporan New York Times
Disinformasi terbaru yang terungkap mengenai peristiwa 7 Oktober ini menyusul penyangkalan informasi pekan ini dalam laporan investigasi terkenal New York Times tanggal 28 Desember yang berjudul “‘Screams Without Words’: How Hamas Weaponized Sexual Violence in Oktober 7th”.
Surat kabar tersebut mengungkapkan bahwa rekaman video baru menyanggah kesaksian seorang paramedis militer Israel anonim yang diwawancarai surat kabar tersebut. Sumber itu mengklaim bahwa dua remaja, yang terbunuh dalam operasi perlawanan tanggal 7 Oktober, mengalami pelecehan seksual.
Namun, rekaman yang diambil oleh seorang tentara Israel yang berada di Be’eri pada tanggal 7 Oktober menimbulkan keraguan terhadap kesaksian paramedis tersebut. Rekaman tersebut menunjukkan jenazah tiga korban perempuan, berpakaian lengkap dan tidak menunjukkan tanda-tanda kekerasan seksual, di sebuah rumah yang diyakini banyak warga bahwa penyerangan tersebut terjadi.
Surat kabar tersebut mengatakan bahwa meskipun tidak jelas apakah paramedis merujuk pada kejadian yang sama, penduduk kibbutz, sebagai tanggapan terhadap rekaman baru tersebut, dilaporkan mengatakan bahwa tidak ada rumah lain di Be’eri di mana dua gadis remaja terbunuh.“Dan mereka menyimpulkan dari video tersebut bahwa gadis-gadis tersebut tidak mengalami pelecehan seksual,” kata The New York Times. (*)