Pada tanggal 4 Maret 2022, BKSDA menyerahkan sampel rambut tersebut ke Pusat Penelitian Biologi – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) untuk analisis genetik, bersama dengan beberapa helai rambut harimau sumatra dari provinsi Sumatra Utara untuk perbandingan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rambut harimau misterius yang ditemukan di Sukabumi ini memiliki jarak genetik (d) paling dekat dengan spesimen museum harimau Jawa.
Selain itu, pohon filogenetik menunjukkan bahwa sampel rambut ini termasuk dalam kelompok yang sama dengan spesimen harimau jawa yang ada di museum, tetapi berbeda dengan subspesies harimau lain dan macan tutul Jawa.
Dari analisis mtDNA komprehensif ini dapat disimpulkan bahwa sampel rambut dari Sukabumi Selatan adalah milik harimau jawa, dan termasuk dalam kelompok yang sama dengan spesimen museum harimau jawa yang dikumpulkan pada tahun 1930.
Punahnya Harimau Jawa
Punahnya harimau Jawa juga disebabkan ada tradisi yang hidup di budaya orang Jawa aitu tradisi “Rampogan Macan” . Rampok macan atau rampog macan adalah upacara kurban Jawa yang berlangsung selama abad ke 17 sampai awal abad ke 20.
Baca Juga:24 Jam: Penjualan Mobil Listrik Xiaomi SU7 Tembus 88.898 UnitPanglima TNI: Ada 65 Ton Amunisi Kadaluwarsa di Gudmurah Sebenarnya Hendak Dimusnahkan
Awalnya dilakukan dalam alun-alun kerajaan Jawa saja, rampokan macan terdiri dari dua bagian: sima-Maesa, pertarungan di kandang antara kerbau dan harimau dan rampogan sima yang beberapa harimau diposisikan dalam lingkaran para pria bersenjatakan tombak dan meninggal apabila mencoba melarikan diri.
Mengambil tempat di lokasi yang sangat simbolis, di alun-alun, dan menggunakan hewan yang sangat simbolis dalam Budaya Asia Tenggara (harimau dan kerbau), di mana rampokan macan adalah upacara dengan interpretasi budaya yang kaya.
Dilihat sebagai penghapusan kejahatan oleh para pengamat Eropa, rampokan macan paling mungkin melambangkan perjuangan kemenangan yang berdaulat terhadap kekacauan yang digambarkan sebagai harimau, dan pemurnian seluruh kerajaan.
Rampogan Macan adalah sebuah pertunjukan pembantaian macan, pada hakikatnya Rampogan Macan juga memuat unsur religiuitas dan simbol perlawanan rakyat feodal terhadap kaum kolonial. Penyimbolan macan sebagai sosok yang diagungkan tidak berlaku dalam pagelaran Rampogan Macan.
Hal ini disebabkan karena tujuan utama Rampogan Macan adalah mengalahkan macan yang merupakan representasi dari musuh atau Rampogan Macan sebagai bentuk perlawanan rakyat terhadap pemerintah kolonial. Dalam lukiran cat minyak Raden Saleh yang berjudul “Berburu (Hunt)” tahun 1811-1880 yang menjadi koleksi Museum Mesdag , Belanda menggambarkan ada 6 pria jawa berkuda dibantu 1 ekor anjing berburu harimau yang sedang mengincar buruannya berupa rusa.