PRESIDEN Rusia Vladimir Putin dilaporkan mendapat desakan untuk menerapkan kembali hukuman mati di negara itu yang tampaknya bakal ditujukan kepada para tersangka penyerangan ke gedung konser di Moskwa pada Jumat (22/3) yang menewaskan 137 orang.
Anggota parlemen senior dan sekutu presiden Rusia kini menyerukan agar moratorium hukuman mati selama tiga dekade dibatalkan setelah terjadinya peristiwa ini. Setidaknya 137 orang tewas ketika orang-orang bersenjata menyerbu gedung konser di pinggiran kota Moskwa pada Jumat malam.
Kelompok teroris ISIS mengaku bertanggung jawab atas serangan tersebut, yang merupakan insiden teroris terburuk di Rusia dalam lebih dari satu dekade.
Baca Juga:Dewan Keamanan PBB Setujui Resolusi Gencatan Senjata Gaza, Apa Kata Pejabat Palestina, Hamas, dan Israel?Brigitte Garcia, Wali Kota Ekuador Ditemukan Tewas Ditembak
Media Barat menyoroti para tersangka penyerangan telah mengalami penyiksaan setelah ditangkap. Salah seorang tersangkanya saat hadir di pengadilan dalam kondisi bagian telinga yang terpotong. Keempat tersangka, semuanya warga negara Tajikistan, telah ditahan.
Serangan tersebut telah menyebabkan banyak seruan agar eksekusi dipulihkan.
Mantan Presiden Rusia Dmitry Medvedev menulis di saluran Telegramnya. “Apakah mereka harus dibunuh? Mereka harus begitu. Itu akan terjadi,” tulisnya.
Ketua faksi Rusia Bersatu di Duma, majelis rendah Rusia Vladimir Vasilyev mengatakan kepada televisi Rusia, bahwa hukuman mati harus dipertimbangkan dengan serius.
“Saat ini banyak pertanyaan yang diajukan mengenai hukuman mati. Topik ini tentunya akan sangat profesional, dan dipelajari secara bermakna, dengan keputusan akan diambil sesuai dengan suasana hati dan harapan masyarakat,” katanya.
Wakil ketua komite keamanan Duma Yuri Afonin menyerukan agar hukuman mati diterapkan kembali dalam kasus terorisme dan pembunuhan.
“Penting untuk mengembalikan hukuman mati jika menyangkut terorisme dan pembunuhan,” kata Yury Afonin.
Namun Kremlin pada Senin (25/3) mengatakan, pihaknya saat ini tidak mempertimbangkan untuk menerapkan kembali hukuman mati.
Baca Juga:Sri Mulyani Indrawati: APBN Alami Surplus Sebesar Rp22,8 Triliun per 15 Maret 2024SITE Inteligence Group: Milisi Daesh Unggah Video Serangan Mematikan di Balai Kota Crocus di Krasnogorsk
Juru Bicara Kremlin Dmitry Peskov mengatakan, tidak akan mengambil bagian dalam diskusi itu pada saat ini.
Hukuman mati secara teknis masih tercatat dalam undang-undang di Rusia, tetapi telah diberlakukan moratorium sejak 1996, ketika negara tersebut bergabung dengan Dewan Eropa.
Hal ini diperkuat oleh keputusan Presiden Boris Yeltsin pada 1996 dan keputusan Mahkamah Konstitusi Rusia di 2009.