“Tetapi justru kedua sisi yang sama runcingnya itu diam-diam melahirkan John berkali-kali lagi. la menjadi ‘santo’ (orang suci), menjadi mitos di lingkungan kawula musik rock. Bagai Kuil Kencana, ia makin tegak di lubuk hati para pemujanya,” terang Zaim Uchrowi dalam tulisannya di Majalah Tempo berjudul John Lennon Hidup Kembali (1988).
Segala gosip terkait Lennon justru bak ramuan keuntungan. Nama Lennon kian menanjak. Pun ia mulai dikenal sebagai salah satu pecipta lagu terbaik yang pernah ada. Sebab, apapun karya yang dibuat selalu jadi rebutan penggemar dan populer.
Lennon pun seperti mencoba mengkultuskan dirinya sebagai sosok yang genius. Alih-alih hanya disibukkan dengan menulis lirik lagu, Lennon mencoba dunia baru dengan menulis sebua buku. Buku bertajuk In His Own Write pun diterbitkannya pada 23 Maret 1964.
Baca Juga:Timnas Indonesia Raih Poin Penuh atas Vietnam di Putaran Kedua Kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Asia, Skor Tipis 1-0Jawaban Sri Mulyani Saat Dicecar Komisi XI DPR Soal Program Makan Siang Gratis Milik Prabowo-Gibran di APBN 2025
Buku yang berisi kumpulan cerita dan sajak itu lalu laris manis di pasaran. Kumpulan tulisan itu dibalut pula oleh pemahaman Lennon terkait politik, sosial, dan budaya. Bukunya pun jadi incaran penggemarnya. Alias, laku keras di pasaran.
“Dari mengarang lagu dengan rekan penulis liriknya, Paul McCartney untuk The Beatles hingga membuat lagu untuk karya solonya. Lennon memang sangat ahli dalam kemampuannya sebagai penulis lirik. Namun, karya-karyanya tidak berakhir di situ. Di tengah popularitas karir The Beatles, Lennon muncul dengan karya sastra debutnya, In His Own Write.”
“Sebuah buku setebal 78 halaman yang berisi puisi dan cerita pendeknya, seringkali dalam format dialogis, lengkap dengan nuansa monokromatik. Gambar-gambar hadir untuk menyertai setiap bab. Diterbitkan pada tahun 1964 oleh penerbit terkenal Jonathan Cape di Inggris, dan oleh Simon dan Schuster di New York, proyek ini mengungkap rangkaian lain dari karya John Lennon yang selalu produktif,” terang Atreyi Banerji dalam tulisannya di laman majalah Far Out berjudul Revisit John Lennon’s Debut Book In His Own Write (2021). (*)