BENTROKAN terjadi antara penduduk setempat dengan geng bersenjata di kawasan pinggiran ibu kota Port-Au-Prince pada awal pekan ini. Diketahui sebelumnya, geng bersenjata menyerang Petion-Ville, kawasan elite di pinggiran selatan ibu kota dan menewaskan 15 orang.
Dalam bentrokan terbaru pada Rabu (20/3), seorang reporter melihat dua tersangka anggota geng bersenjata termasuk pemimpinnya yang dikenal sebagai Makandal dibunuh dan dibakar. Rumah keluarga Makandal juga dibakar.
Radio RFM melaporkan mengutip sumber polisi bahwa penduduk setempat terlibat dalam baku tembak dengan geng bersenjata di Petion-Ville, yang terletak di tepi selatan ibu kota Port-au-Prince.
Baca Juga:32 Pesawat Militer China Terdeteksi Mengudara di Wilayah TaipeiSekretaris MA Nonaktif Hasbi Hasan Bantah Terima Suap Rp 3 Miliar dari Dadan Tri Yudianto Terkait Kasus Suap Pengurusan Perkara
Hampir setahun yang lalu, sekelompok warga Port-au-Prince melakukan hukuman mati tanpa pengadilan dan membakar belasan orang pria yang diyakini sebagai anggota geng. Mereka meluncurkan apa yang kemudian dikenal sebagai gerakan Bwa Kale, sebuah gerakan main hakim sendiri yang menurut kelompok hak asasi manusia terkadang dilakukan bersama anggota polisi Haiti.
Pada hari Rabu, Le Nouvelliste melaporkan sedikitnya 15 orang tewas dalam serangan di sekitar Petion-Ville, lokasi permukiman, beberapa hotel kelas atas serta sejumlah gedung kedutaan. Penduduk di sana mengurung diri di dalam rumah mereka sementara orang-orang bersenjata melancarkan serangan baru di timur kota.
Petion-Ville dekat dengan hotel-hotel yang diancam oleh pemimpin dari persatuan geng-geng bersenjata Haiti Jimmy “Barbeque” Cherizier pekan lalu. Dia mengatakan, akan mengejar pemilik hotel yang menyembunyikan politisi Haiti yang dimusuhi kelompoknya.
Meskipun Perdana Menteri Ariel Henry mengatakan ia akan mundur pekan lalu, geng-geng bersenjata kini semakin kuat berupaya untuk menguasai sebagian besar Port-au-Prince. Kekerasan terus berlanjut karena Henry masih berada di luar negeri dan tak bisa pulang akibat bandara Haiti dikuasai geng bersenjata.
Penjabat perdana menteri negara Kepulauan di Karibia itu telah memperpanjang jam malam yang diluncurkan awal bulan ini.
Dewan transisi yang diminta untuk menjadi penguasa sementara Haiti masih belum terbentuk, karena geng bersenjata telah mengancam para politisi yang berani bergabung.
Para pejabat AS mengatakan pekan lalu bahwa mereka mengharapkan susunan dewan akan ditentukan dalam beberapa hari, tetapi beberapa faksi yang dipilih untuk mewakili menolak rencana tersebut atau tidak dapat bersatu mendukung satu pemimpin. Mereka yang tidak diikutsertakan mengkritik dewan tersebut karena memberdayakan anggota kelompok yang mereka anggap korup.