Namun ada hal yang membingungkan dari kuburan yang ditemukan ini di mana biasanya dalam kuburan kuno China menganut sistem penanggalan kekaisaran. Pada makam itu dicantumkan nama kaisar dan tahun pemerintahannya yang terukir di batu nisan tersebut untuk menandai tanggal kematian, dan di kuburan milik keluarga Thio ini tidak ada perincian tersebut.
Pakar pemakaman etnis Tionghoa di Indonesia dari Perancis, Dr Claudine Salmon, mengatakan penghilangan detail kekaisaran sering digunakan ketika seseorang tidak ingin merujuk pada dinasti atau jenis perhitungan lain, seperti era Kristen atau tahun Masehi berdirinya Republik Tiongkok.
Dilihat dari prasasti di makam yang ditemukan, dia percaya sistem penanggalan yang digunakan didasarkan pada siklus 60 tahun. Kelemahan dari sistem ini adalah tidak mungkin untuk menentukan tanggal makam secara akurat. Dengan penemuan ini, banyak ahli sejarah yang mengharapkan adanya upaya pelestarian makam-makam tersebut dari pemerintah.
Baca Juga:Teka-teki Keberadaan Tali Terikat di Tangan Korban Bunuh Diri Satu Keluarga di Kawasan Penjaringan4 Faktor Mahalnya Harga Beras Sulit Turun, Bulog: Tunggu Perhitungan Resmi
Namun seperti yang diketahui, justru banyak makam-makam kuno Tionghoa yang sekarang sudah beralih fungsi menjadi pemukiman padat penduduk. Pemukiman di atas makam kuno China ini sudah bermula sejak tahun 1900an, era Orde Baru, di mana pemerintah mengiizinkan penggunaan makam sebagai lahan membangun pemukiman.
Berdasarkan data yang dihimpun dari Wikipedia dan beberapa sumber lainnya, Indonesia memiliki jumlah populasi etnis Tionghoa terbanyak di dunia di luar Tiongkok dengan jumlah sekitar 7,6 juta jiwa (3% dari jumlah penduduk Indodnesia) tersebar di seluruh Indonesia dan Kota Semarang menjadi salah satu kota di Indonesia dengan populasi etnis Tionghoa terbanyak.
Hingga berita ini ditulis, belum ada jumlah pasti terkait populasi etnis Tionghoa di Semarang, namun mengingat banyaknya saudagar-saudagar dari Tiongkok yang datang ke Semarang pada abad ke-17 silam, salah satunya adalah Laksama Cheng He beserta para awaknya yang saat itu mendarat ke Kerajaan Demak, membuat Semarang memiliki nuansa Tionghoa yang sangat kental dan meninggalkan sejumlah peninggalan, seperti makam-makam kuno
Selain banyaknya ditemukan makam-makam kuno Tionghoa, Semarang juga memiliki vihara-vihara dengan arsitektur khas Tiongkok yang kuat, seperti Vihara Buddhagaya Watugong, Ungaran yang merupakan wisata pagoda tertinggi di Indonesia dan Vihara Sam Poo Kong yang ada di Jalan Simongan Raya, Kota Semarang. (*)