Sebab di tiap-tiap batu terdapat tulisan Hanzi yang memuat silsilah, marga, dan periode kematiannya yang diperkirakan berasal dari abad ke-18 hingga ke-19 Masehi.
Kalau merujuk pada sejarah permukiman di Jomblang, menurut Lurah Jomblang, Henry Nur Cahyo, daerah ini sebelumnya adalah area permakaman orang China yang kemudian berubah menjadi perkampungan.
Pihak kelurahan, sambung Henry, juga sudah membongkar penutup selokan warganya yang menggunakan batu nisan dari makam kuno Tionghoa, pada Kamis (14/03) siang.
Baca Juga:Teka-teki Keberadaan Tali Terikat di Tangan Korban Bunuh Diri Satu Keluarga di Kawasan Penjaringan4 Faktor Mahalnya Harga Beras Sulit Turun, Bulog: Tunggu Perhitungan Resmi
Menilik ke belakang, keberadaan makam kuno Tionghoa di Semarang pertama kali tercatat berada di kawasan Kampung Pekojan yang kini ditinggali etnis India-Pakistan.
Di masa kolonial Belanda, itu adalah kawasan pecinan sekaligus permakaman umum pertama peranakan Tionghoa.
Jejak awal mula keberadan etnis Tionghoa di Indonesia, khususnya di tanah Jawa terbukti dengan adanya makam-makam kuno warga Cina. Semarang, Jawa Tengah adalah kawasan yang paling banyak dihuni para pendantang asal Tiongkok pada abad 17 lalu. Hal ini dibuktikan banyaknya makam-makam kuno milik warga Cina yang tersebar di Semarang.
Salah satu makam kuno etnis Tionghoa yang ditemukan di Semarang adalah Batu Nisan Tionghoa yang dikenal dengan istilah Hokian Bongpay. Selain sebagai makam, batu nisan ini adalah bukti mengenai awal keberadaan etnis Tionghoa di Semarang saat itu.
Selain Batu Nisan Tionghoa, ditemukan juga tanah pemakaman etnis Tionghoa di puncak bukit Bergota, Randusari, Kecamatan Semarang Selatan. Banyak ditemukan makam Tionghoa atau dikenal dengan sebutan Bong Cina tapi tidak dapat teridentifikasi karena kondisinya yang bobrok. Bagian yang berbentuk seperti punggung kura-kura banyak yang hancur dan hangus karena dipakai oleh penduduk setempat untuk membakar sampah. Tapi ada satu identitas yang masih dapat diuaraikan, yaitu makam seorang wanita bernama Thio Koen Tjie.
Kemudian ada satu makam di kompleks yang sama dengan nama marga Thio juga. Hal ini diasumsikan bahwa biasanya kompleks makam etnis Tionghoa dibangun berdasarkan silsilah keluarga. Oleh sebab itu dalam satu kompleks makam etnis Tionghoa memiliki kemungkinan besar bahwa mereka adalah satu keluarga besar.