50 Tahun Pariwisata Bhutan ‘Tanah Naga’, Berikut Sejumlah Fakta: Penting untuk Backpacker

50 Tahun Pariwisata Bhutan 'Tanah Naga', Berikut Sejumlah Fakta: Penting untuk Backpacker
Penerbangan dari Bangkok, Thailand dan Kathmandu, Nepal setiap hari. Penerbangan lainnya menggunakan Singapura, Dhaka, Bangladesh, Sydney, Australia, dan Kolkata, Bagdogra, dan Gaya, India. (Foto; drukasia.co.id)
0 Komentar

Asas hukum ini berasal dari nilai-nilai tradisional yang berasal dari ajaran Buddha, yang mengajarkan larangan terhadap pembunuhan makhluk hidup. Oleh karena itu, semua daging yang dikonsumsi di Bhutan diimpor dari negara lain.

Kesehatan dan Pendidikan Gratis

Bhutan menyediakan akses gratis ke layanan kesehatan dan pendidikan bagi semua warga negaranya. Tak tanggung-tanggung, Bhutan juga memberikan alat tulis dan buku untuk menunjang pendidikan warganya.

Kesehatan juga gratis buat warga. itu menjadikan angka harapan hidup di Bhutan cukup tinggi.

Baca Juga:Terbongkar Aliran Dana Pungli Rutan KPK, Rp6,3 Miliar Sejak 2019 hingga 2023Pernah Terjerat Narkoba, Danu Arman Aktif Kembali Ditugaskan Sebagai Analisis Perkara Peradilan pada Pengadilan Tinggi Yogyakarta

Pemerintah Bhutan percaya bahwa pendidikan dan kesehatan adalah hak dasar yang harus dapat diakses oleh semua lapisan masyarakat dan menjadi fondasi dari kebahagiaan dan kesejahteraan masyarakat.

Punya Bandara Paling Berbahaya

Bandara Paro di Bhutan masuk jajaran bandara paling berbahaya di dunia. Bandara kecil ini terletak di lembah yang dalam dan dikelilingi oleh puncak-puncak tajam dengan ketinggian mencapai 5.500 meter.

Angin kencang sering kali menerpa lembah, menyebabkan turbulensi yang kuat. Penerbangan hanya diizinkan pada siang hari dan dalam kondisi cuaca yang memungkinkan visibilitas visual di mana pilot membuat penilaian dengan mata mereka sendiri daripada mengandalkan instrumen pesawat.

Punya Nyali ke Bandara Paro?

Tidak Mengizinkan Pengunjung Ala Backpacker

Cuma ada dua cara bagi turis asing untuk masuk Bhutan. Yakni, menggunakan paket tour dari pemerintah Bhutan dan diundang langsung oleh warga lokal.

Pilihan pertama konsekuensinya harga mahal. Untuk masuk Bhutan, turis asing dikenai biaya USD 200 atau Rp 3,1 juta per hari per orang.

Cara kedua adalah traveler bisa diundang secara langsung oleh penduduk lokal. Ini akan menguntungkan bagi traveler yang memiliki teman di Bhutan. Tetapi, tetap ada batasan. Selama setahun penduduk lokal hanya diperbolehkan mengundang dua orang.

Turun Salju Pertama Jadi Hari Libur Nasional

Bhutan menjadi negara yang sangat menghargai salju. Itu terbukti ketika hari pertama turun salju di wilayah Tiger Nest, maka seluruh negara akan memberlakukan hari libur nasional di hari tersebut. Salju dianggap sebagai pembawa rejeki.

Bagaimana delikers, tertarik untuk liburan ke Bhutan?

0 Komentar