50 Tahun Pariwisata Bhutan ‘Tanah Naga’, Berikut Sejumlah Fakta: Penting untuk Backpacker

50 Tahun Pariwisata Bhutan 'Tanah Naga', Berikut Sejumlah Fakta: Penting untuk Backpacker
Penerbangan dari Bangkok, Thailand dan Kathmandu, Nepal setiap hari. Penerbangan lainnya menggunakan Singapura, Dhaka, Bangladesh, Sydney, Australia, dan Kolkata, Bagdogra, dan Gaya, India. (Foto; drukasia.co.id)
0 Komentar

Bicara soal wisata alam, Bhutan tidak main-main. Negeri ini memiliki banyak tempat treking di pegunungan Himalaya dengan ciri khas kuil-kuil kuno. Ada juga sawah terasering, wisata kuliner hingga festival budaya.

Tak cuma indah, Bhutan juga suasana yang dimiliki Bhutan juga sangat damai. Tak heran, Bhutan mendapat predikat sebagai Negeri Paling Berbahagia di Dunia.

Sebelum Covid-19, pajak turis Bhutan adalah USD 65 per malam atau sekitar Rp 993.720. Harga ini naik jadi USD 200 untuk Biaya Pembangunan Berkelanjutan di pasca pandemi.

Baca Juga:Terbongkar Aliran Dana Pungli Rutan KPK, Rp6,3 Miliar Sejak 2019 hingga 2023Pernah Terjerat Narkoba, Danu Arman Aktif Kembali Ditugaskan Sebagai Analisis Perkara Peradilan pada Pengadilan Tinggi Yogyakarta

Namun sepertinya ini berdampak pada kunjungan turis. Biaya itu kini didiskon menjadi USD 100 atau sekitar Rp 1,5 jutaan per malam.

Berikut fakta-fakta tentang Bhutan:

Penduduk Paling Bahagia

Bhutan menjadi juara negara dengan penduduk paling bahagia di Asia dan masuk 10 besar di dunia yang diukur dengan indeks kebahagiaan bernama Gross National Happiness (GNH).

Di negara ini, traveler juga akan menemukan Kementerian Kebahagiaan yang mengukur kepuasan seseorang terhadap hidup mereka. Mayoritas penduduk Bhutan memeluk agama Budha dan sangat menerapkan prinsip-prinsip kesederhanaan yang diajarkan oleh agamanya.

Tak Ada Lampu Lalu Lintas

Berkendara di Bhutan dianggap sebagai petualangan yang agak berbahaya karena jalan-jalannya yang berliku dan terjal di daerah pegunungan. Sering kali, pengemudi harus berhadapan dengan kawanan hewan seperti sapi dan kerbau yang berkeliaran secara bebas di jalan.

Orang Bhutan memiliki kebiasaan untuk berhenti dan saling menyapa di tengah jalan. Namun, meskipun kondisi jalan yang sulit, penduduk Bhutan mengemudi dengan hati-hati dan pelan, sehingga tidak diperlukan lampu lalu lintas untuk mengatur lalu lintas.

Sebagai pengganti lampu lalu lintas, polisi berdiri di persimpangan utama untuk mengarahkan lalu lintas. Mereka menggunakan tindakan langsung untuk mengatur aliran kendaraan. Penggunaan lampu lalu lintas dipandang kurang disukai oleh penduduk Bhutan, sehingga sering kali lampu tersebut dipasang hanya untuk sebentar sebelum segera dihapus.

Ilegal untuk Membunuh Hewan Apapun

Bhutan adalah negara yang menghargai kehidupan hewan, dengan kebijakan yang melarang penduduknya membunuh hewan atau burung mana pun. Mereka memperhatikan konservasi lingkungan dengan sungguh-sungguh, namun, konsumsi daging masih cukup umum di negara ini.

0 Komentar