50 Tahun Pariwisata Bhutan ‘Tanah Naga’, Berikut Sejumlah Fakta: Penting untuk Backpacker

50 Tahun Pariwisata Bhutan 'Tanah Naga', Berikut Sejumlah Fakta: Penting untuk Backpacker
Penerbangan dari Bangkok, Thailand dan Kathmandu, Nepal setiap hari. Penerbangan lainnya menggunakan Singapura, Dhaka, Bangladesh, Sydney, Australia, dan Kolkata, Bagdogra, dan Gaya, India. (Foto; drukasia.co.id)
0 Komentar

BHUTAN mempunyai cara unik dan nyentrik untuk menawarkan pariwisata kepada dunia. Ada harga yang harus dibayar oleh turis, tetapi Bhutan memberikan banyak hal berbeda.

Bhutan berada di tengah pegunungan Himalaya, di antara India dan Tibet, bersebelahan dengan Nepal di sebelah timur dan Bangladesh di sebelah utara, dan termasuk dalam wilayah Asia Selatan.

Bhutan tidak besar, luasnya hanya sekitar 14.800 mil persegi atau 38.400 kilometer persegi. Negara mungil itu menganut sistem kerajaan dan menjadi salah satu negara terpadat di Asia selatan. Orang Bhutan biasa menyebut negaranya dengan druk yul yang berarti tanah naga.

Baca Juga:Terbongkar Aliran Dana Pungli Rutan KPK, Rp6,3 Miliar Sejak 2019 hingga 2023Pernah Terjerat Narkoba, Danu Arman Aktif Kembali Ditugaskan Sebagai Analisis Perkara Peradilan pada Pengadilan Tinggi Yogyakarta

Bhutan baru membuka negaranya untuk wisatawan sejak 1974. Tahun 2024 terasa spesial untuk Bhutan. Genap sudah 50 tahun negara itu membuka pariwisata dengan cara yang unik.

Dilansir dari Forbes pada Jumat (15/3), Bhutan membuka pintu pariwisata pertama kali pada 1974. Sejak awal, tanah naga guntur itu memiliki visi misi yang jelas untuk pariwisata.

Saat negara-negara promosi untuk mendatangkan turis sebanyak-banyaknya ke negara mereka, Bhutan justru percaya diri menyodorkan pariwisata berkelanjutan. Bhutan memprioritaskan pelestarian budaya dan pelestarian lingkungan.

Bhutan, yang terletak di jantung Pegunungan Himalaya, dikelilingi oleh daratan yaitu China dan India, begitu hati-hati dalam menjaga alam yang dimilikinya. Bhutan membatasi kedatangan turis.

Mirip dengan Korea Utara, turis tidak bisa seenaknya masuk ke Bhutan. Pemerintah mengatur pariwisata melalui tarif harian yang meliputi akomodasi, makan, transportasi dan kontribusi dana pembangunan Bhutan.

Pendekatan ini tidak hanya membantu melestarikan ekosistem Bhutan yang rapuh, namun pemerintah memastikan bahwa pariwisata memberikan manfaat langsung ke tangan masyarakat lokal.

Pelancong yang mau liburan ke Bhutan bukan sekadar memesan penerbangan dan penginapan. Turis yang mau masuk harus lebih dulu memiliki visa melalui operator tur resmi Bhutan. Tidak boleh ada solo traveling, semua harus menggunakan pemandu wisata resmi.

Baca Juga:Operasi CIA Masa Donald Trump: Targetkan Opini Publik di China, Asia Tenggara, Afrika, dan Pasifik SelatanFakta Perilaku Aneh Lain di Kasus Ibu Tusuk Anak, Tersangka Kerap Mengaku Nabi dan Anak Dianggap Dajjal

Setelah itu, mereka diajak untuk mengenal Bhutan dengan dengan cara yang sudah disiapkan oleh pemerintah. Turis-turis diajak tidak hanya menonton ada-adat istiadat setempat, tetapi turut digandeng melestarikannya.

Turis harus berpakaian sopan selama di Bhutan, melepaskan sepatu sebelum masuk ke tempat ibadah, dan menghindari bermesraan berlebihan di depan umum, seperti berciuman atau berpelukan dengan kekasih.

0 Komentar