“Regulasi pasar online dan offline segera dibuat dan diterapkan. Terutama beban pajak yang harus dibayar pihak penjual online. Sektor buruh pekerja muda disediakan network kerja di luar negeri atau dijadikan pegawai buruh domestik,” ujarnya.
Heru menambahkan khusus untuk barang yang dipasang di TikTok membutuhkan ongkos pemasangan harus mencantumkan rekan kerja atau vendor sekaligus mencantumkan estimasi biaya instalasi pemasangan produk tersebut.
Hal ini bertujuan untuk memastikan penjualan dan pemasangan ke pihak konsumen sekaligus memberikan pekerjaan terhadap vendor yang ditunjuk atau mitra kerja TikTokers. Contohnya, produk aksesoris mobil, audio, velg, GPS dan kaca film,” pungkasnya.
Baca Juga:Terungkap Modus 15 Tersangka Pungli Rutan KPKPolisi Korea Selatan Ungkap Penggerebekan Kantor Pusat Korea Aerospace Industries, Terkait 2 WNI Dituduh Bocorkan Teknologi Proyek Jet Tempur KF-21
Menurut Momentum Works, pada 2022 TikTok Shop menguasai 4,4% dari total pangsa pasar e-commerce di Asia Tenggara. Kemudian mereka memproyeksikan pangsanya bisa naik menjadi 13,2% pada 2023.
Momentum Works pun menilai TikTok Shop dapat menjadi ancaman bagi pemain utama e-commerce di kawasan ini, seperti Shopee, Lazada, dan Tokopedia.
Meski TikTok Shop saat ini masih memiliki basis pasar kecil, dan organisasinya bisa saja kacau, perusahaan ini telah terbukti berkomitmen dan cepat beradaptasi,” kata Momentum Works di laman resminya, Agustus 2023.
Menurut mereka, TikTok Shop berpotensi besar karena memiliki fitur video dan siaran langsung (live), sekaligus fasilitas transaksi belanja seperti marketplace.
“Hal ini bisa mempersempit kesenjangan (pangsa pasar TikTok Shop) dengan marketplace tradisional,” kata Momentum Works.
TikTok Shop juga menjadi satu-satunya penyedia layanan e-commerce di Asia Tenggara yang pangsa pasarnya diproyeksikan meningkat pada 2023.
Sementara Shopee pangsa pasarnya diprediksi turun dari 48,1% pada 2022, menjadi 46,5% pada 2023.
Dalam periode sama, pangsa pasar Lazada di Asia Tenggara diprediksi turun dari 20,2% menjadi 17,7%, Tokopedia turun dari 18,5% menjadi 13,9%, dan e-commerce lainnya turun dari 8,9% menjadi 8,7%.
Baca Juga:Sosok ‘Lurah’ dan Sejumlah Kode Praktik Pungli Rutan KPKRekapitulasi Pilpres 2024 Tingkat Nasional, Prabowo-Gibran Unggul di 27 Provinsi, Anies-Muhaimin 2 Provinsi
Namun, Momentum Works membuat proyeksi ini sebelum TikTok Shop ditutup di Indonesia.
Mulai akhir September 2023 pemerintah Indonesia memberlakukan aturan baru yang melarang penggabungan media sosial dengan layanan transaksi e-commerce, sehingga TikTok Shop harus tutup pada awal Oktober 2023.
Dengan demikian, TikTok Shop kini kehilangan potensi pasar besar, dan proyeksi Momentum Works ini mungkin tak lagi relevan. (*)