SEORANG pejabat di Kepolisan Korea Selatan mengungkap Kepolisian menggerebek kantor pusat Korea Aerospace Industries (KAI) pada Jumat, 15 Maret 2024, sehubungan dugaan dua WNI yang dituduh membocorkan teknologi proyek jet tempur KF-21.
Penggerebekan terjadi setelah tim investigasi gabungan pemerintah Korea Selatan meminta dukungan polisi dalam penyelidikan terhadap insinyur asal Indonesia yang diduga mencoba menyelundupkan perangkat USB berisi data terkait KF-21. Tim investigasi terdiri dari Administrasi Program Akuisisi Pertahanan (DAPA), Komando Kontra Intelijen dan Badan Intelijen Nasional Korea Selatan.
Seorang juru bicara KAI mengatakan perusahaannya “secara aktif bekerja sama” memastikan mereka dapat memberikan apa pun yang diperlukan bagi penyelidikan Kepolisian untuk mengungkap kebenaran.
Baca Juga:Sosok ‘Lurah’ dan Sejumlah Kode Praktik Pungli Rutan KPKRekapitulasi Pilpres 2024 Tingkat Nasional, Prabowo-Gibran Unggul di 27 Provinsi, Anies-Muhaimin 2 Provinsi
Kementerian Luar Negeri RI membenarkan bahwa saat ini ada dua orang WNI yang terlibat dalam kasus tersebut. Sebelumnya, media Korea Selatan memberitakan hanya satu orang WNI yang menjadi subjek penyelidikan. Juru bicara Lalu Muhammad Iqbal mengatakan Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI) Seoul terus memonitor dan mendampingi kedua WNI sejak awal kasus muncul.
Belum ada hasil akhir atau kesimpulan dari verifikasi tersebut. Karena itu terlalu jauh untuk menyebut ini kasus pencurian data,” ujarnya.
Iqbal mengatakan kedua WNI sedang berada di Ibu Kota Seoul, namun tidak menyebutkan nama mereka. “Untuk menghargai privasi, kami tidak bisa memberikan nama kedua WNI tersebut,” kata dia.
Penyelidikan terhadap dugaan pembocoran ini datang ketika proyek KF-21 menghadapi masalah lain, yaitu pembiayaan. Media Korea Selatan menyoroti proyek pembangunan bersama senilai lebih dari 8 triliun won ini menghadapi ketidakpastian karena Indonesia masih menunggak pembayarannya.
Pemerintah Indonesia gagal memberikan kontribusi tepat waktu pada proyek tersebut, kata kantor berita Yonhap, meskipun setuju untuk menanggung sekitar 20 persen biaya proyek. Hal itu disetujui sebagai imbalan atas penerimaan satu prototipe dan transfer teknologi, serta pembangunan 48 unit di Indonesia.
Menurut Korea JoongAng Daily, Indonesia masih menunggak lebih dari 1 triliun won, dan sejauh ini hanya membayar sekitar 278,3 miliar won.
Korea Selatan meluncurkan proyek ini dalam skala penuh pada 2015 untuk mengembangkan pesawat tempur supersonik guna menggantikan armada jet F-4 dan F-5 yang menua. Model produksi pertama diharapkan akan dikirim ke Angkatan Udara pada 2026.