DI suatu malam yang sunyi di Singapura, seorang perwira senior dari Angkatan Udara Jerman (dikenal dengan sebutan Luftwaffe) tengah berada di kamar hotelnya.
Brigadir Jenderal Sinmengunjungi negara itu untuk bertemu dengan para pemain industri pertahanan di Singapore Airshow, pertunjukan udara terbesar di Asia.
Hari-hari yang melelahkan, belum juga bisa tidur, Frank Grafe melakukan panggilan kerja ke atasannya, yaitu Kepala Staf Angkatan Udara Jerman, Letnan Jenderal Ingo Gerhartz.
Baca Juga:Inflasi Jelang Idul Fitri 2024Kacang Jodoh Herapo-rapo Tradisi Masyarakat Wangi-Wangi Bulan Ramadan di Wakatobi
Suaranya terdengar santai saat mengobrol dengan dua rekannya tentang pemandangan dari kamarnya.
Kepala Operasi Angkatan Udara Jerman itu juga menceritakan pengalamannya baru kembali minum dari hotel terdekat yang memiliki kolam renang nan menakjubkan.
“Tidak terlalu buruk,” salah satu dari mereka berkomentar.
Akhirnya, bos Grae, Letnan Jenderal Ingo Gerhartz, bergabung dalam percakapan telepon tersebut.
Selama 40 menit berikutnya, para pejabat tinggi militer Jerman itu membahas isu-isu militer yang sangat sensitif.
Salah satunya adalah perdebatan yang kini sedang memanas, lanskap politik dan teknis terkait kebijakan militer Jerman, yaitu apakah Jerman harus mengirim rudal jelajah Taurus ke Ukraina atau tidak.
Ia terperangkap dalam perbincangan telepon yang menguras energi. Bertempat di kamar hotelnya, di tengah pertunjukan udara terbesar di Asia, Singapore Airshow, dia tak menyadari bahwa setiap kata yang diucapkannya akan menjadi sorotan dunia, dan tidak diketahui oleh para pejabat Jerman itu adalah bahwa mereka sedang disadap dan pembicaraan tersebut direkam oleh mata-mata yang tidak terlihat.
Dua minggu setelah percakapan telepon dilakukan, rekaman audio perbincangan tersebut oleh saluran media RT milik pemerintah Rusia.
Baca Juga:Kota Semarang Dikepung Banjir Jalur Pantura Menuju Surabaya Lumpuh TotalKPK Usut Kasus Dugaan Korupsi PT Hutama Karya Proyek Pengadaan Lahan Jalan Tol Trans Sumatera 2018-2020
Pemerintah Jerman belum memberikan pernyataan apakah rekaman itu hasil rekayasa atau tidak.
Namun, mereka telah mengonfirmasi bahwa percakapan itu memang terjadi. Pemerintah Jerman juga meyakini mata-mata Rusia di Singapura telah melakukan penyadapan dan menyebabkan “kebocoran data”.
Meskipun nama mata-mata itu tidak disebutkan, tersirat bahwa Frank Grafe-lah yang secara tidak sengaja membiarkan mata-mata menyusup ke percakapan dengan para petinggi militer Jerman.
Tak lama kemudian, diskusi yang dianggap sangat rahasia itu menyebar melalui media pemerintah Rusia dan bergema di seluruh dunia.