Meskipun pasien-pasien tersebut selamat, flu burung H5N1 mematikan bagi manusia pada sekitar 60 persen kasus di seluruh dunia.
Namun, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) tidak mungkin menaikkan tingkat risiko pada manusia dari level “rendah” saat ini, tanpa adanya bukti penularan dari manusia ke manusia atau mutasi yang disesuaikan dengan reseptor manusia, kata para ahli.
“Kami melihat (virus ini) melakukan sedikit langkah evolusi dalam jangka panjang menuju potensi infeksi pada manusia,” kata Ralph Vanstreels, peneliti dari University of California, Davis yang mempelajari varian H5N1 di Amerika Selatan.
Baca Juga:Donald Trump: TikTok Ancaman Nasional, Tudingan Larangan Perkuat Meta PlatformsJelang Pemilu AS, Perpecahan Sikap DPR Amerika Serikat Terkait RUU Larangan TikTok
Setiap tahun, Semenanjung Valdes di Argentina yang terletak di pantai Atlantik yang berangin kencang dipenuhi dengan kawanan anjing laut gajah yang sedang membesarkan anak-anaknya.
November lalu, Vanstreels menyaksikan pemandangan yang suram: ratusan anak anjing mati dan membusuk di pantai. Para peneliti memperkirakan 17.400 anak anjing mati, hampir semuanya lahir di koloni tersebut pada tahun itu.
Sangat kecil kemungkinannya setiap anak anjing tersebut tertular oleh burung, kata para ilmuwan. Anak anjing biasanya hanya melakukan kontak dengan induknya, sehingga para ilmuwan menduga inilah cara penularannya.
Vanstreels adalah bagian dari sekelompok ilmuwan yang berupaya melacak mutasi genetik virus di Amerika Selatan.
Dalam draf makalah yang diposting di situs Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS, mereka menganalisis sampel dari singa laut, anjing laut, dan burung dari pesisir Semenanjung Valdes. Membandingkan genom dari sampel ini dengan yang dikumpulkan di Amerika Utara pada tahun 2022 dan Asia sebelumnya, tim mengidentifikasi sembilan mutasi baru.
Mutasi yang sama ditemukan pada sampel yang dikumpulkan pada tahun 2022 dan 2023 di Chili dan Peru, yang juga dilanda kematian massal singa laut dan burung.
“Ini pertama kalinya virus ini beradaptasi dengan satwa liar,” kata Vanstreels.
Baca Juga:China Sebut Rencana Parlemen Amerika Serikat Tetapkan UU Pelarangan TikTok Bakal Jadi Bumerang ASVladimir Putin: Rusia Tidak Ikut Campur Pemilu Amerika Serikat, Moskow Bekerja Sama dengan Presiden yang Dipercaya Rakyat AS
“Jelas ada sesuatu yang terjadi di Peru dan Chile bagian utara di mana mereka memperoleh mutasi baru ini,” tandasnya.
Dalam draf makalahnya, para peneliti mencatat bahwa mutasi yang sama terjadi pada salah satu dari dua kasus manusia di benua tersebut, yaitu seorang pria berusia 53 tahun yang tinggal satu blok dari pantai tempat burung laut berkumpul.