“Ini adalah masjid kami dan kami harus menjaganya,” kata Azzam Al-Khatib, Direktur Jenderal Wakaf Yerusalem, yayasan keagamaan yang menaungi Al-Aqsa. “Kita harus melindungi kehadiran umat Islam di masjid ini, yang seharusnya bisa masuk dalam jumlah besar dengan damai dan aman,” ujarnya.
Tidak seperti tahun-tahun sebelumnya, dekorasi yang biasanya menghiasi sekitar Kota Tua saat menyambut Ramadan belum dipasang. Suasana suram juga terjadi di kota-kota di Tepi Barat yang diduduki. Sejak dimulainya perang di Gaza, sekitar 400 warga Palestina tewas dalam bentrokan dengan pasukan keamanan atau pemukim Yahudi.
“Kami memutuskan tahun ini Kota Tua Yerusalem tidak akan didekorasi untuk menghormati darah anak-anak kami, orang tua, dan para martir,” kata Ammar Sider, seorang tokoh masyarakat di Kota Tua.
Baca Juga:Geng-geng Kriminal Menguasai HaitiMengenal Sosok Asif Ali Zardari Suami Benazir Bhutto Presiden Pakistan ke-14, Berhaluan Kiri-Tengah
Menurut pihak kepolisian, mereka akan berupaya memastikan Ramadan berlangsung aman. Mereka telah mengambil langkah-langkah tambahan untuk menanggapi apa yang mereka sebut sebagai informasi provokatif dan menyimpang di media sosial. Mereka juga telah menangkap 20 orang yang dicurigai mendorong tindakan terorisme.
“Polisi Israel akan terus bertindak dan mengizinkan pelaksanaan salat Ramadan dengan aman di Bukit Bait Suci, sambil menjaga keamanan dan keselamatan di daerah tersebut,” kata polisi dalam sebuah pernyataan.
Bagi negara-negara Muslim lainnya, kebijakan Israel di Al Aqsa telah lama menjadi salah satu isu yang paling dibenci. Pada bulan lalu, pemimpin Hamas Ismail Haniyeh meminta warga Palestina untuk tetap pergi ke masjid pada awal Ramadan.
Gencatan Senjata
Di Gaza, sekitar setengah dari 2,3 juta penduduknya tinggal di Kota Rafah di bagian selatan. Banyak di antara mereka tinggal dalam kondisi sederhana dengan tenda plastik, menghadapi kekurangan makanan yang parah, dan suasana yang suram.
“Kami tidak melakukan persiapan apa pun untuk menyambut Ramadhan karena kami telah berpuasa selama lima bulan,” kata Maha, ibu dari lima anak. Ia biasanya selalu menyambut Ramadan dengan mendekorasi rumahnya dan mengisi lemari esnya dengan perbekalan untuk berbuka puasa.
“Tidak ada makanan, kami hanya punya makanan kaleng dan nasi, sebagian besar makanan dijual dengan harga yang sangat mahal,” katanya melalui aplikasi pesan dari Rafah, tempat dia mengungsi bersama keluarganya.