HAITI kini menjadi negara yang kacau, dengan geng-geng kriminal yang berkuasa di ibu kota. Mereka belum lama ini menyerang penjara terbesar di Haiti dan membebaskan puluhan ribu narapidana. Akibatnya Pemerintah Haiti mengumumkan negara dalam kondisi darurat dan pemberlakuan jam malam.
Situasi di Haiti semakin memburuk dari hari ke hari. Dunia internasional menjadi bertanya-tanya apakah negara tersebut akan sepenuhnya terjerumus ke dalam anarki atau apakah ketertiban akan kembali pulih.
Apa yang sebenarnya terjadi di Haiti?
Sangat mudah untuk menuding kekerasan di negara republik kulit hitam pertama yang merdeka di wilayah Barat ini karena kemiskinan yang sudah berlangsung lama. Sebuah warisan kolonialisme, dengan penggundulan hutan yang meluas, dan campur tangan Eropa dan AS.
Baca Juga:Mengenal Sosok Asif Ali Zardari Suami Benazir Bhutto Presiden Pakistan ke-14, Berhaluan Kiri-TengahBung Karno Ungkap ‘Kita dijajah 350 tahun’ untuk Bangkitkan Nasionalisme, Berapa Lama Belanda Menjajah Indonesia? Ini Faktanya
Namun, sejumlah pakar mengatakan kepada The Associated Press bahwa penyebab langsung yang paling penting adalah yang lebih baru, yakni meningkatnya ketergantungan penguasa Haiti pada geng kriminal jalanan.
Haiti tidak memiliki tentara tetap atau kepolisian nasional yang kuat dan didanai dengan baik selama beberapa dekade.
Intervensi PBB dan Amerika hanya datang dan pergi. Tanpa tradisi kuat mengenai institusi politik yang jujur, para pemimpin Haiti telah menggunakan warga sipil bersenjata sebagai alat untuk menjalankan kekuasaannya.
Kini, negara telah menjadi sangat lemah dan geng-geng kriminal mulai mengambil alih kekuasaan.
Para pemimpin geng, tentu saja, mengadakan konferensi pers. Banyak yang melihat mereka sebagai pemangku kepentingan di masa depan dalam negosiasi mengenai masa depan negara.
Bagaimana ini bisa terjadi di Haiti?
Embargo pada 1990-an yang diberlakukan setelah militer menggulingkan Presiden Jean-Bertrand Aristide dituding sebagai biang keladinya. Menurut Michael Deibert , penulis Notes From the Last Testament: The Struggle for Haiti dan Haiti Will Not Perish: A Current History, embargo dan isolasi internasional menghancurkan kelas menengah di negara tersebut.
Setelah pasukan PBB yang didukung AS mengusir para pemimpin kudeta pada1994, penyesuaian struktural yang disponsori Bank Dunia menyebabkan impor beras dari AS dan menghancurkan masyarakat pertanian perdesaan Haiti.