KANKER serviks merupakan salah satu penyakit yang menjadi fokus serius bagi pemerintah. Berdasarkan data dari Indonesia Society of Gynecologic Oncology (INASGO) tahun 2022-2023 kanker serviks mendominasi proporsi kasus kanker yang sering dijumpai sekitar 62 persen.
Dokter Spesialis Kebidanan dan Kandungan Subspesialis Onkologi RS PELNI, Yuri Feharsal, mengatakan penanganan kanker serviks menjadi salah satu prioritas dalam upaya eliminasi kanker di Indonesia.
“Di Indonesia sendiri kanker serviks itu adalah kanker yang paling sering ditemukan dibandingkan dengan yang lainnya sekitar 62 persen kasus kanker reproduksi itu yang paling sering ditemukan adalah kanker serviks. Jadi ini merupakan kasus yang sangat banyak kanker serviks, tapi sayang nya di Indonesia itu datang saat hampir 70-80 persen itu sudah stadium lanjut,” kata Yuri dalam gelar wicara secara daring, Sabtu.
Baca Juga:4 Orang Tewas Diduga Lompat dari Lantai 21 Apartemen di Penjaringan, Begini Kronologinya3 Laki-laki 1 Perempuan Diduga Satu Keluarga Bunuh Diri Lompat dari Rooftop Apartemen
Membengkaknya biaya pengobatan kanker serviks, menurut Yuri dikarenakan pembedahan kanker serviks membutuhkan waktu yang cukup lama dan memakan banyak sumber daya, mulai dari alat-alat pembedahan hingga perawatan pascaoperasi.
Tidak hanya itu, pasien kanker serviks sering mengalami komplikasi jangka panjang, seperti masalah berkemih, yang memerlukan perawatan tambahan. Hal tersebut menyebabkan pengeluaran yang besar bagi negara, terutama untuk kasus kanker serviks stadium lanjut.
Meskipun kanker serviks adalah jenis kanker organ reproduksi yang paling umum di Indonesia, program pencegahan dan kesadaran masyarakat masih belum optimal.
Sebagian besar kasus kanker serviks di Indonesia terdeteksi pada stadium lanjut yang mempersulit proses pengobatan dan meningkatkan risiko kekambuhan.
“Pada umumnya tata laksana kanker serviks di stadium lanjut itu adalah radiasi dan kombinasi dengan kemoterapi. Nah dikarenakan memerlukan sebuah modalitas yang canggih tentu ini akan meningkatkan biaya pengobatan, sehingga menjadi suatu beban negara,” ujarnya.
Adapun, program pencegahan kanker serviks menjadi bagian dari rencana aksi nasional Kemenkes yang bertujuan untuk mempercepat eliminasi penyakit itu.
Program tersebut mencakup pilar-pilar seperti pencegahan, edukasi, evaluasi program, penelitian, dan pengelolaan kebijakan.
Baca Juga:Fenomena Budaya Warga Bekali Diri Bertahan Hidup di Tengah Ancaman Meningkat di Amerika SerikatLokasi Jatuhnya Pesawat Kargo Pilatus Smart Aviation Ditemukan, Terlihat Puing-puing dan Api Unggun Diduga Dibuat Korban yang Masih Hidup
Salah satu langkah yang direncanakan adalah integrasi program pencegahan kanker serviks ke dalam program kesehatan masyarakat yang sudah ada.