Exhuma, Film Perkawinan Sejarah Korea-Jepang dengan Tradisi Ritual Pengusiran Roh

Exhuma, Film Perkawinan Sejarah Korea-Jepang dengan Tradisi Ritual Pengusiran Roh
Exhuma
0 Komentar

Exhuma menjadi film yang paling banyak dibicarakan saat ini. Film bergenre horor itu tak hanya sukses besar di Korea Selatan, namun juga di beberapa negara lainnya termasuk Indonesia.

Film ini sukses mengawinkan sejarah Korea-Jepang dengan tradisi ritual pengusiran roh yang masih eksis hingga kini.

Kritikus film Korea ramai-ramai memuji film ini yang berbeda dengan film horor lainnya. Alih-alih mengedepankan jump scare untuk ‘ngagetin’ penonton, film ini disajikan dengan cara yang ‘halus’ namun tetap mengerikan.

Baca Juga:Kanker Serviks Dominasi Proporsi Kasus Kanker, Sering Ditemukan di Indonesia4 Orang Tewas Diduga Lompat dari Lantai 21 Apartemen di Penjaringan, Begini Kronologinya

Demikian dengan alur yang menarik, membuat penonton tak bosan menantikan akhir dari perjuangan para dukun dan ahli fengshui memburu roh jahat.

Sayangnya suksesnya film ini justru mendapat protes dari sutradara lainnya. Ia adalah Kim Deug Young, sutradara film dokumenter The Birth of Korea. Di SNS (media sosial Korsel) dia menuliskan film ini mempromosikan sentimen anti-Jepang dengan memadukan praktik tradisional Korea seperti geomansi dan perdukunan dengan narasi pendudukan Jepang.

Memang, Exhuma menceritakan dukun dan ahli fengshui yang memburu siluman yang merupakan mantan Jenderal Jepang yang dulu menjajah Korea.

Dua dukun asal Korea Selatan bernama Hwa Rim dan Bong Gil. Ia mendapat pekerjaan untuk mengusir roh yang mengganggu keluarga Korea yang tinggal di Jepang.

Setelah dianalisa, rupanya keluarga itu diganggu oleh leluhurnya sendiri. Hwa Rim dan Bong Gil memutuskan untuk merelokasi makam sang leluhur dibantu oleh penggali kubur dan ahli fengshui. Rupanya di makam itu terdapat ‘makam’ lainnya.

Namun makam itu berbeda sebab peti mati dikubur secara vertikal. Karena rasa penasaran, mereka mengangkatnya.

Belakangan diketahui isi peti mati yang diikat dengan kawat berduri itu adalah siluman dengan wujud Jenderal panglima perang Jepang yang disebut Shogun. Karena kekalahan saat perang, sang Jenderal harus dipenggal kepalanya. Tubuhnya kemudian dipasang pasak besi oleh biksu asal Jepang bernama Gisune atau Murayama.

Baca Juga:3 Laki-laki 1 Perempuan Diduga Satu Keluarga Bunuh Diri Lompat dari Rooftop ApartemenFenomena Budaya Warga Bekali Diri Bertahan Hidup di Tengah Ancaman Meningkat di Amerika Serikat

Konon setelah kalah perang, para biksu di Jepang memasang pasak besi di beberapa titik di Korea, khususnya di area pegunungan. Pasak besi itu dipasang sebagai bentuk invasi fengshui Jepang. Hal itu dipercaya mendatangkan petaka bagi Korea.

0 Komentar