GENG-geng kriminal Haiti melancarkan serangan besar-besaran terhadap beberapa kantor pemerintah, termasuk Istana Kepresidenan di atau dekat pusat kota Port-au-Prince pada Jumat malam. Hal ini dilaporkan sumber penegak hukum yang ikut serta dalam pertempuran tersebut.
Sumber tersebut mengatakan serangan itu terkoordinasi dan cepat, dengan kelompok yang berbeda secara bersamaan menargetkan beberapa gedung pemerintah termasuk Istana Kepresidenan, Kementerian Dalam Negeri, dan markas polisi di distrik barat Haiti yang mencakup Port-au-Prince.
ABC News telah berbicara dengan beberapa orang yang menyaksikan tembakan hebat dan mendengar ledakan besar. Ratusan orang meninggalkan daerah tersebut ketika geng-geng terlibat dalam pertempuran sengit melawan polisi.
Baca Juga:Kemenhub Tegur Keras Batik Air, Pilot-kopilot yang Ketiduran di Penerbangan Kendari-Jakarta Di-grounded!Pengamat Penerbangan Alvin Lie Soroti Insiden Pilot-Kopilot Tertidur Bersamaan di Penerbangan Batik Air
Sumber tersebut mengatakan hingga berita ini diterbitkan, serangan itu mereda dan anggota geng mulai mundur. Tidak jelas apakah pertempuran telah berakhir pada malam itu atau apakah geng-geng tersebut hanya berkumpul kembali.
Sumber tersebut mengatakan bahwa angka awal menunjukkan sekitar selusin anggota geng Haiti terbunuh, meskipun ia memperingatkan bahwa angka tersebut belum sepenuhnya terkonfirmasi. Belum ada korban polisi yang dilaporkan.
Istana Kepresidenan belum pernah ditempati oleh presiden Haiti mana pun sejak Presiden Jovenel Moïse dibunuh pada Juli 2021.
Gempa bumi besar pada 2010 menghancurkan sebagian besar kompleks tersebut, sehingga sebagian besar tidak dapat digunakan sama sekali. Namun, tempat ini tetap menjadi simbol penting pemerintahan federal Haiti dan dijaga sepanjang waktu.
Jika istana berada di bawah kendali geng, hal ini akan menjadi pukulan simbolis terhadap upaya Haiti untuk memerangi kejahatan terorganisir dan pemberontakan yang sedang berlangsung di negara tersebut.
Geng-geng kriminal Haiti telah melakukan pemberontakan terbuka sejak pertengahan pekan lalu, dengan geng-geng terkuat di Haiti bersatu dan melancarkan serangkaian serangan terhadap lembaga-lembaga pemerintah.
Penjabat Perdana Menteri Haiti Ariel Henry sedang berada di luar negeri ketika serangan dimulai dan belum bisa kembali. Keadaan darurat telah diumumkan oleh pemerintah.
Baca Juga:Indriana Dewi Eka Saputri Korban Pembunuhan Cinta Segitiga Caleg DPRPilot-Kopilot Batik Air Tertidur Bersamaan, Media Internasional Ungkap Kekhawatiran Atas Keselematan Penerbangan di Indonesia
Departemen Luar Negeri AS mendorong warga Amerika untuk meninggalkan Haiti setelah kekerasan geng tersebut. (*)