KONDISI di Haiti kian mencekam. Geng bersenjata kini berusaha mengendalikan bandara internasional utama Haiti pada Senin (4/3) malam, memicu baku tembak dengan polisi.
Kondisi yang mencekam ini menjadi puncak dari aksi kekerasan yang terus meningkat di Haiti. Dilansir dari AP, setidaknya sembilan orang telah tewas sejak Kamis (29/2), termasuk empat petugas polisi dalam serangkaian serangan geng bersenjata terhadap lembaga-lembaga negara di Port-au-Prince, bandara internasional dan stadion sepak bola nasional.
Serangan terhadap lembaga pemasyarakatan nasional pada Sabtu (2/3) malam menjadi sorotan utama. Lebih dari 3.700 narapidana melarikan diri dari lembaga pemasyarakatan tersebut, sementara lebih dari 1.000 narapidana melarikan diri dari penjara Croix-des-Bouquets.
Baca Juga:Mediasi Gagal: Pemprov Jabar Tolak Ganti Rugi, Bertentangan dengan Kebijakan Presiden Jokowi, Berikut Paparan Kuasa Hukum Warga Kota Ampera CirebonBahlil Lahadalia Keberatan Atas Berita Tempo yang Angkat Soal Tambang
Dalam aksi serangan tersebut, Bandara Internasional Toussaint Louverture ditutup selama serangan. Tidak ada pesawat yang beroperasi dan tidak ada penumpang yang berada di tempat itu.
Sebuah truk lapis baja terlihat di landasan menembaki geng bersenjata tersebut untuk mencegah mereka masuk ke area bandara, sementara sejumlah karyawan dan pekerja lainnya berlari menghindari peluru.
Serangan terjadi beberapa jam setelah otoritas Haiti memberlakukan jam malam sebagai respons terhadap kekerasan yang melibatkan geng bersenjata menyerbu dua penjara terbesar dan membebaskan ribuan narapidana akhir pekan lalu.
“Sekretaris Jenderal PBB sangat prihatin dengan memburuknya situasi keamanan di Port-au-Prince. Geng bersenjata intensif melakukan serangan terhadap infrastruktur penting,” kata juru bicara PBB Stephane Dujarric.
Keadaan darurat selama 72 jam diberlakukan pada Minggu (3/3) malam. Pemerintah Haiti berkomitmen untuk melacak para narapidana yang melarikan diri. Polisi diperintahkan untuk menggunakan semua upaya hukum yang mereka miliki untuk menegakkan jam malam dan menangkap semua pelanggar.
Geng bersenjata diperkirakan telah menguasai hingga 80% wilayah ibu kota Port-au-Prince. Perdana Menteri Ariel Henry melakukan perjalanan ke Kenya pekan lalu untuk mencari dukungan bagi pasukan keamanan yang didukung PBB untuk membantu menstabilkan Haiti dalam konflik dengan kelompok kejahatan yang semakin kuat.
Dujarric menekankan perlunya tindakan segera, khususnya dalam memberikan dukungan keuangan untuk misi tersebut guna mengatasi kebutuhan keamanan yang mendesak bagi rakyat Haiti, serta mencegah negara tersebut semakin terjerumus ke dalam kekacauan.