KURATOR proyek Ibu Kota Nusantara (IKN), Ridwan Kamil (RK) menjawab tuduhan proyek IKN membabat habis hutan di Kalimantan. Menurut RK isu itu juga menjadi bahasan internasional.
RK mengaku sempat menganggap proyek IKN memang membabat hutan Kalimantan. Namun anggapannya berubah setelah mengetahui hutan yang dimaksud adalah hutan produksi.
“Nah Pak tapi kan IKN nya menghabiskan hutan Kalimantan, ini pertanyaan internasional kan. Saya juga dulu gitu nyangkanya, ternyata tidak,” katanya di Instagramnya @ridwankamil, Sabtu (2/3/204).
Baca Juga:Langkah Berani Xiaomi 14 Ultra Lawan Samsung S24 dan Apple 15Sejumlah Warga Distrik Asotipo Aniaya Komisioner KPU Jayawijaya
Menurutnya tanaman yang tumbuh di hutan IKN adalah pohon eukaliptus yang dibutuhkan industri kertas. Dalam kurun waktu 6-7 tahun pohon tersebut akan ditebang habis lalu ditanam lagi dari nol.
“Itu hutan kebun karena yang ditanam eukaliptus yang tiap 6-7 tahun ditebang seluruh kawasannya, kemudian kayunya diambil dijadiin kertas, tisu, produk-produk kertas. Tanam lagi dari nol tumbuh lagi 6 tahun, panen lagi,” jelasnya.
Oleh karena itu RK menegaskan bahwa proyek IKN tidak berlokasi di hutan lindung. Bahkan Presiden Joko Widodo (Jokowi) bakal menghijaukan kembali wilayah IKN dengan berbagai jenis pohon.
Menurut Mantan Gubernur Jawa Barat ini, pohon yang ditanam dapat mengundang berbagai macam satwa, termasuk burung dan monyet. Ia menyebut komitmen pemerintah untuk menghijaukan kembali IKN cukup serius.
“Jadi itu bukan hutan lindung, bukan hutan yang keragaman, itu monokultur cuma satu jenis. Oleh Pak Jokowi dan Tim akan dihutankan dalam arti sebenarnya. Yaitu tanamannya tidak satu. Ekaliptusnya boleh tapi kan pohon trimbesi, pohon yang bikin burung datang, bikin monyet datang itu lagi ditumbuh-tumbuhkan,” bebernya.
Jumlah pohon yang ditanam mencapai 15 juta dengan jenis yang berbeda. Ia memproyeksi dalam 10 tahun ke depan wajah IKN sudah seperti hutan tropis yang tidak ditumbuhi satu jenis pohon saja.
“15 juta pohon aneh-aneh tropis akan ditanam di IKN. Jadi bayangkan kalau itu berhasil 5-10 tahun lagi itu wajah hutannya itu nggak homogen lagi udah kaya hutan tropis segala ada. Kita harapkan kalau ke sana, kalau ke sana (sekarang) nggak ada faunanya karena kebun, monokultur. Suatu hari saya ingin lihat ada macem-macem,” pungkasnya. (*)