Penggerebekan tersebut merupakan tindak lanjut dari laporan Kementerian Kesehatan yang mengajukan pengaduan ke polisi terhadap anggota-anggota KMA yang dituduh menghasut pengunduran diri massal para dokter.
Sekitar delapan ribu dokter masih melanjutkan mogoknya meski sudah lewat tenggat waktu yang diberikan pemerintah. Sementara 294 dari sekitar 9.076 dokter yang mogok telah kembali bekerja per 1 Maret 2024.
Jadi mengapa para dokter, salah satu profesional yang paling dihormati di negara ini, mempertaruhkan kesejahteraan pasien dan reputasi mereka untuk menentang rencana pemerintah untuk meningkatkan kuota sekolah kedokteran?
Apa yang Memicu Pemogokan?
Baca Juga:Mahfud MD Sebut Dirinya Kini Mantan CawapresPolisi Tangkap Pembuat Situs Rabithah Alawiyah Palsu
Pemerintah Korea Selatan mengumumkan pada 6 Februari bahwa mereka akan menambah 2.000 kursi baru dalam kuota sekolah kedokteran dari 3.058 kursi yang ada saat ini, mulai tahun ajaran 2025. Tujuannya adalah untuk menutupi kekurangan dokter di bidang-bidang penting dan memperluas akses ke layanan kesehatan di luar wilayah ibukota.
Namun, meningkatkan kuota bukanlah solusi, menurut Joo Soo-ho, kepala dewan hubungan masyarakat komite darurat di bawah Asosiasi Dokter Korea, yang merupakan kelompok dokter terbesar di negara itu dengan sekitar 140.000 anggota. Dia mengklaim bahwa Korea tidak kekurangan dokter, dan memiliki lebih banyak dokter bukanlah solusi kekurangan tenaga medis di daerah pedesaan, menggemakan pendapat banyak dokter lain.
Sebaliknya, Joo mengatakan bahwa seluruh sistem medis Korea perlu menjalani operasi besar-besaran untuk mengembalikannya dari ambang kehancuran. Kompensasi yang lebih baik, memperhatikan kebutuhan para dokter, serta membangun jaring pengaman untuk kecelakaan hukum dapat menjadi solusi yang lebih baik, katanya.
Apakah Jumlah Dokter Memadai?
Meskipun Korea Selatan bangga dengan sistem layanan kesehatannya yang terjangkau, negara ini memiliki jumlah dokter per kapita yang paling sedikit di negara maju.
Data dari Organisasi untuk Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan (OECD) menunjukkan terdapat sekitar 2,6 dokter per 1.000 orang, dibandingkan dengan rata-rata 3,7 dokter. Austria yang menduduki peringkat teratas memiliki 5,5 dokter per 1.000 penduduk.
“Orang lanjut usia membutuhkan layanan kesehatan lebih dari rata-rata generasi muda,” kata Dr Kwon kepada Asia Now dari CNA pada Rabu. “Jadi menghadapi salah satu masyarakat yang menua dengan cepat, permintaan akan layanan dokter meningkat sangat pesat.”